Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Makalah Hubungan Hakekat Manusia dan Pengembangan Dimensi-dimensinya

Cover
Hakekat Manuisa Gb. hasanbasri748.


DAFTAR ISI


BAB 1 PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang ............................................................................         3
B.     Rumusan Masalah .......................................................................         3
C.     Tujuan ..........................................................................................         4

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

              Penutup .............................................................................................       20

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................       21









BAB 1
PENDAHULUAN

Manusia adalah mahluk yang serba terhubung dengan masyarakat, lingkunganya, dirinya sendiri, dan tuhan. Beerling mengemukakan sinyalemen heinemann bahwa pada abad ke-20 manusia mengalami krisis total disebut demikian karena yang dilanda krisis bukan hanya segi-segi tertentu dari kehidupan seperti krisis ekonomi, krisis energi, dan sebagainya,melaikan yang krisis adalah manusia sendiri. Dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyrakat, dengan lingkunganya, dengan dirinya sendiri, dan dengan tuhannya. Tidak ada hubungan pengenalan, pemahaman dan kemesraan dengan sesama manusia ini lah yang melanda manusia sehingga manusia semakin jauh dari kebahagian.

Dalam hubugan ini, pendidikan mempunyai peranan penting sebagai wahana untuk mengantar   peserta didik untuk mencapai kebahagiaan yaitu dengan jalan membantu mereka meningkatakan kualitas hubungannya dengan dirinya, lingkunganya, dan tuhannya. Untuk menciptakan rasa kebersamaan dengan individu lainnya, rasa menghormati, serta menjalin hubungan yang baik, maka diperlukan dimensi-dimensi didalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya manusia yang sempurna dan berahklah yang baik.



BAB II

HAKEKAT MANUSIA DAN

PENGEMBANGANNYA

A.    Hakikat Manusia

Tuhan menciptakan mahluk hidup didunia ini atas berbagai jenis dan tingkatan. Dari berbagai jenis dan tingkatan mahluk hidup tersebut manusia adalah mahluk yang paling mulia dan memiliki berbagai kelebihan. Keberadaan manusia apabila dibandingkan dengan mahluk lain (hewan), selain memiliki insting sebagaimana yang dimiliki hewan, manusia adalah mahluk yang memiliki beberapa kemampuan antara berfikir, rasa keindahan, perasaan batiniah, harapan, menciptakan dan lain-lain. Sedangkan kemampuan hewan lebih bersifat insting dan kemampuan berfikir yang rendah untuk mencari makan, mempertahankan diri dan mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Lain halnya dengan manusia, selain memiliki insting manusia juga mampu berfikir (homo sapiens), mampu mengubah dan menciptakan segala sesuatu sesuai dengan rasa keindahan dan kebutuhan hidupnya. Lebih dari itu manusia adalah mahluk moral dan religious (Gandi, 2014)

Dari penjelasan tentang perbedaan manusia dan hewan, maka mucul beberapa pandangan tentang hakikat manusia sebagai berikut:

1.      Pandangan psikoanalitik

a.       Tokoh psikoanalitik (Hansen, stefic, wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia [ada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sudah ada pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya.

b.      Sigmund freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang terdiri dari tiga komponen yakni: ide, ego, super ego. Masing-masing komponen tersebut merupakan berbagai insting kebutuhan manusia yang mendasari perkembangan manusia.

2.      Pandangan Humanistik

a.       Pandangan Humanistik (Hansen, dkk, 1977) menolak pandangan Freud bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan dan tidak memiliki control terhadapnasibnya sendiri. Tokoh Humanistik (Roger) berpendapat bahwa manusia itu memiliki dorongan untuk menyerahkan dirinya sendiri kearah positif, manusia itu rasional, tersosialisasikan, mengatur, dan mengontrol dirinya sendiri.

b.      Pandangan Adler (1954), bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri, namun digerakkan oleh rasa tanggung jawab social serta oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu.

3.      Pandangan Martin Buber

Martin Buber (1961) tidak sependapat dengan pandangan yang menyatakan bahwa manusia berdosa dan dalam gengaman dosa. Buber berpendapat bahwa manusia merupakan sesuatu keberadaan (eksistensi) yang berpotensi. Namun, diharapkan pada kesemestaan atau potensi manusia itu terbatas.Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang mendasar (esensial), tetapi keterbatsan factual semata-mata. Ini berarti bahwa yang akan akan dilakukan oleh manusia ini tidak dapat diramalkan dan manusia masih menjadi pusat ketakterdugaan dunia.

4.      Pandangan Behaviouristik

Kaum behaviouristik (Hansen, dkk, 1977) berpendapat bahwa manusia sepenuhnya adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh fakto-fakto yang datang dari luar. Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Dengan demikian kepribadian individu dapat dikembalikan semata-mata kepada hubungan antara individu dengan lingkungannya, hubungan itu diatur oleh hokum-hukum belajar, seperti teori pembiasaan (conditing) dan peniruan.

Setelah mengikuti beberapa pendapat tentang manusia diatas dapat ditarik beberapa pengertian bahwa:

1.      Manusia pada dasarnya memiliki “tenaga dalam” yang mengerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.      Dalam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional dan bertanggung jawab atas tingkah laku sosial dan rasional individu.
3.      Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan posotif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menetukan “nasibnya” sendiri.
4.      Manusia pada hakikatnya dalam proses berkembang terus tidak pernah selesai.
5.      Dalam hidupnya individu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain, dan membantu dunia lebih baik untuk ditempati.
6.      Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan, namun potensi ini terbatas.
7.      Manusia adalah mahluk tuhan yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
8.      Lingkungan adalah penentuan tingkah laku manusia dan tingkah laku ini merupakan wujud kepribadian manusia (Burhanuddin, 2014).

B.     Sifat Hakekat Manusia

Sifat hakekat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antrpologi. Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normatif. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis, dan universal tentang cirri hakiki menusia. Bersifat normatif karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan (Tirtarahardja, 2005).

1.      Pengertian Sifat Hakekat Manusia

Sifat hakekat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dengan hewan. Tetapi antara manusia dengan hewan ada banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya yaitu dari segi bentuk (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan dan menyusui anaknya, pemakan segala, dan adanya metabolism dengan manusia (Tirtarahardja, 2005).

2.      Wujud Sifat Hakekat Manusia

Pada wujud sifat hakekat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) ada beberapa diantaranya yang dimaksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu:

ü  Kemampuan menyadari diri

Kemampuan Mengeksplorasi potensi yang ada, dan mengembangkannya kearah kesempurnaan dan menyadarinya sebagai kekuatan. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri yang khas atau karakteristik diri. Drijarkara:132 (Tirtarahardja, 2005) menyebutkan bahwa kemampuan tersebut dikenal dengan istilah “meng-aku”, yaitu kemampuan untuk mengeksplorasi potensi-potensi yang ada pada aku, dan memahami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan sehingga aku dapat berkembang kea rah kesempurnaan diri. Dengan kata lain pendidikan diri sendiri yang oleh Langeveld disebut Self forming  perlu mendapat perhatian secara serius dari semua pendidik.

ü  Kemampuan bereksistensi

Kemampuan bereksistensi disebut juga kemampuan menempatkan diri. Dengan kata lain manusia mempunyai unsure kebebasan, yaitu adanya manusia bukan “ber-ada” seperti hewan di dalam kandang dan tumbuh-tumbuhan di dalam kebun, melainkan “meng-ada” di kuka bumi.

Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi sesuatu keadaan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu, serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa kanak-kanak.

ü  Kata hati

Kata hati atau conscience of man juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati dan sebagainya. Dengan demikian kata hati adalah kemampuan membuatkeputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia.
ü  Moral

Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaan. Bermoral sesuai dengan kata hati yang baik bagi manusia, dan sebaliknya. Etiket hanya sekedar kemampuan bersikap/mengenai sopan santun.

ü  Kemampuan bertanggung jawab

Bertanggung jawab atau tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apa pun yang dituntutkan dapat diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan.

ü  Rasa kebebasan (kemerdekaan)

Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Kemerdekaan dalam arti sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan. Artinya, bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia.

ü  Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak

Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial. Pada dasarnya, hak itu adalah sesuatu yang masih kosong. Artinya mesikpun hak tentang sesuatu itu ada, belum tentu seseorang mengetahuinya. Sedangkan kewajiban dipandang sebagai sesuatu beban. Artinya, selama seseorang menyebut dirinya manusia dan mau dipandang sebagai manusia, maka kewajiban itu menjadi keiscayaan baginya. Sebab apabila seseorang mengelakkannya maka ia berarti mengingkari kemanusiaannya (yaitu sebagai kenyataan makhluk sosial)
.
ü  Kemampuan menghayati kebahagiaan

Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Sebuah kesimpulan yang dapat ditarik tentang kebahagiaan adalah bahwa kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaannya sendiri secara factual (lulus sebagai sarjana, mendapat pekerjaan dan seterusnya) ataupun pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang dilibatkannya tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut di dalam rangkaian atau ikatan tiga hal yaitu : usaha, norma-norma, dan takdir.

C.    Dimensi-Dimensi Hakekat Manusia

Secara filosofis hakikat manusia merupakan kesatauan dari potensi-potensi esensial yang ada pada diri manusia, yakni: Manusia sebagai mahluk pribadi/individu, Manusia sebagai mahluk social, manusia sebagai mahluk susila/moral. Ketiga hakikat manusia tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.        Manusia sebagai mahluk pribadi/individu (individual being)

Lysen mengartikan individu sebagai “orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in divide). Selanjutnya individu diartikan sebgai pribadi. Karena adanya individualitas itu setiap orang memliki kehendak, perasaan, cita-cita, kencerungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.

Kesangupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat-sifat sebagaimana digambarkan diatas secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, memlalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya sesuatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepribadiannya atau menemukan kepribadiannya sendiri. Pola pendidikan yang brsifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangannya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter ) dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis

2.        Manusia sebagai mahluk sosial / dimensi sosial

Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkadung untuk saling memberikan dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.

Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya. Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasikan sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya didalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan member, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.

3.        Manusia sebagai mahluk susila/ dimensi kesusialaan

Susila berasal dari kata su dan sial yang berarti kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi didalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika didalam yang pantas atau sopan itu misalnnya terkandung kejahatan terselubung. Karean itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan  etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila (Tirtarahadja, 2005).

4.      Dimensi Keberagamaan

Manusia adalah :makhluk yang religius, yang mengakui bahwa ada suatu zat yang menguasai alam beserta isinya, yang di puja dan di sembah yaitu Allah.

“Allah berfirman ; bahwa tidak lah di akui seorang itu beriman,sebelum keimanannya di uji selama berada di muka bumi”.

Manusia memerlukan agama untuk keselamatan hidup yang kini dan masa yang akan datang.Agama merupakan sandaran vertikal dalam kehidupan manusia,agar manusia menjadi makhluk yang tunduk dan patuh.

Penangung jawab yang utama dalam pendidikan agama adalah orang tua.
Pengembangan Dimensi Kemanusiaan

Manusia secara individual terlahir di muka bumi dengan segenap potensi untuk berkembang, potensi itu tidak akan sendirinya terwujud , artinya : memerlukan upaya dari manusia lain untuk merangsang, agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia agar menjadi manusia yang baik. Individualitas manusia dapat di wujudkan melalui interaksi sosialnya dengan manusia yang ada dalam lingkungan. Dalam berinteraksi ada sejumlah nilai-nilai yang harus diperhatikan dan di patuhi, sehingga tidak terjadi benturan antara kepentingan hidup manusia sebagai makhluk individual maupun makhluk sosial.

Pendidikan yang diberikan harus dapat mengembangkan keempat dimensi kemanusiaan itu secara seimbang. Potensi jasmaniah dan rohaniah manusia harus mendapatkan pelayanan yang seimbang. Sebaliknya fisik yang sehat saja belum cukup untuk dapat dikatakan manusia itu berkualitas karena tidak menunjukkan kemampuan dan prilaku yang diharapkan. Jika salah satu dimensi tersebut di abaikan dalam proses pengembangannya, maka diyakini bahwa hal tersebut akan menimbulkan masalah baik dalam kehidupan manusia secara individual maupun sosial ,baik horizotal maupun vertikal.

D.     Sosok Manusia Seutuhnya

Manusia indonesia yang utuh merupakan tujuan pembangunan seperti digambarkan oleh GBHN bahwa pembanguan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membangun manusia indonesia seutuhnya. Hal ini berarti pembangunan yang dilaksanakan tidak hanya memacu kemajuan yang bersifat fisik , tetapi juga mengejar kepuasan bathiniah yang dilandasi oleh nilai- nilai yang dianut oleh bangsa indonesia

Manusia yang seutuhnya adalah manusia yang tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, papan, perumahan, kesehatan dan sebagainya / kepuasan bathiniah,seperti : pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab dan rasa keadilan dan sebagainya.

Manusia yang seutuhnya adalah manusia yang tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah atau pun batiniah, melainkan keserasian dan keselarasan antar keduanya. Sehingga manusia seutuhnya adalah manusia yang memilikipanca indra yang baik, sehat jasmani dan rohani, mental spiritual dan mampu menggunakannya secara positif.

Dalam masyarakat Indonesia yang beraneka ragam coraknya, perlu kemauan dan kemampuan mengendalikan diri dan kepentingan yang ada sehingga menimbulkan keseimbangan dan stabilitas. Oleh karena itu, sikaf hidup manusia Indonesia adalah: Kepentingan pribadinya tetap terletak dalam kerangka kesadarannyadan kewajiban sebagai makhluk sosialnya(Tirtarahardja, 2005).



BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1.      Adanya sifat hakikat tersebut memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi dari pada hewan dan sekaligus menguasai hewan
2.      Salah satu sifat hakikat yang istimewa ialah adanya kemampuan menghayati kebahagiaan pada manusia
3.      Semua sifat hakikat manusia dapat dan harus ditumbuhkembangkan memalui pendidikan
4.      Dimensi hakikat manusia ada empat yaitu: 1. Dimensi keindividualan, 2. Dimensi kesosialan, 3. Dimensi kesusilaan, dan 4. Dimensi keberagamaan



DAFTAR PUSTAKA

Andira. 2013. Hakikat Prndidikan.


Gandi. 2014. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia. http//Gandi.blogspot.com/2014/dimensi-dimensi-hakikat-manusia. (diakses 11 Oktober 2014 jam 13.44)

Ian. 2010. Makalah Hakikat Tujuan Pendidikan. hhtp://ian43.wordpress.com/2010/10/18/hakikat-fungsi-dan-tujuan-pendidikan.  (diakses 25 September 2014 jam 11. 40)

Tirtarahardja. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA


Post a Comment for "Makalah Hubungan Hakekat Manusia dan Pengembangan Dimensi-dimensinya"