Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Makalah Praktikum Mikrobiolgi Terapan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)


 
Jamur Putih Gb. urbanina.com

Cover


BAB I


PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis jamur kayu yang mempunyai prospek baik untuk dikembangkan sebagai diversifikasi bahan pangan karena kandungan gizinya setara dengan daging dan ikan (Darnetty, 2006). Jamur tiram putih dilihat dari segi ekonomi dapat memberikan keuntungan karena harganya cukup tinggi, per kilogram bisa mencapai sepuluh ribu rupiah bahkan bisa lebih. Permintaan pasar lokal dan ekspor terbuka lebar, waktu panennya singkat sekitar 1-3 bulan, bahan baku mudah didapat, dan tidak membutuhkan lahan yang luas, oleh karena itu jenis jamur ini mulai banyak dibudidayakan (Agus,2006).
Jamur dapat diolah sebagai makanan diantaranya sup jamur, pepes jamur, salad, bahkan dapat diolah menjadi semacam crips, crispy, ataupun chip (Darnetty, 2006). Khasiat jamur tiram putih untuk kesehatan adalah menghentikan pendarahan dan mempercepat pengeringan luka pada permukaan tubuh, mencegah penyakit diabetes melitus, penyempitan pembuluh darah, menurunkan kolesterol darah, menambah vitalitas dan daya tahan tubuh, serta mencegah penyakit tumor atau kanker, kelenjar gondok,influenza, sekaligus memperlancar buang air besar (Djarijah dan Djarijah,2001).

Kandungan gizi yang dimiliki jamur tiram putih antara lain, protein 27% , lemak 1,6%, karbohidrat 58%, serat 11,5%, abu 9,3%, dan kalori 265 kkal. Kandungan gizi tersebut di atas terutama protein,  karbohidrat, dan abu kandungannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan jamur kuping. Sedang kandungan lemak, serat, dankalori jamur tiram putih lebih rendah bila dibandingkan dengan jamur kuping. Kandungan protein jamur lebih tinggidibandingkan dengan bahan makanan lain yang juga berasal dari tanamandiantaranya bayam, kentang, kubis, seledri dan buncis (Parjimo, 2007).

Peningkatan produksi makanan dari sektor pertanian dan industri secara tidak langsung akan meningkatkan pula limbahyang dihasilkan. Melimpahnya limbah industri dan pertanian sering menjadi masalah karena dapat menimbulkan pencemaranlingkungan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah pencemaranlimbahindustri dan pertanian adalah dengan memanfaatkan limbah tersebut sebagai media budidaya jamur tiramputih. Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur kayu yang mampu menggunakan subtrat organik dari limbah sebagai media tumbuh, selain itujamur digolongkan kedalam organisme heterotrof yakni organisme yang tidak mampu mensintesis makanan sendiri, sehingga harus mengambil dari organisme lain (Agus, 2006).

Cahyana, dkk (2006) menyebutkan bahwa media tumbuh merupakan salah satu aspek pentingyang menentukan tingkat keberhasilan budidaya jamur. Media jamur tiram putih yang digunakan harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi diantaranya lignin, karbohidrat (selulosa dan glukosa), protein, nitrogen, serat, dan vitamin. Senyawa ini dapat diperoleh dari serbuk gergaji kayu, bekatul, jerami, sekam, dan tepung beras. Kandungan nutrisi didalam bahan-bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan miselium. Bekatul merupakan hasil samping pada waktu penggilingan gabah, merupakan lapisan sebelah dalam dari butiran padi, termasuk sebagian kecilendosper m berpati. Kandungan zat gizi pada bekatul antara lain: 15% air, 14,5% protein, 48% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), 7,4% serat kasar, 7,4% lemak, 7,0% abu, Ca 0,05%, P 1,48% dan “total digestible nutrient” (TDN) 85%, asam miristat 0,1 –0,3%, asam palmitat 16,9-20,5%, asam stearat 1,1-1,8%, asam arachidonat 0,3-0,7% dan asam linoleat 0,9-1,4% dengan kadar protein dapat dicerna adalah 10,8% dan MP=70 (Handayani, 1993).Kandunganzat gizi pada bekatul tersebut dapat merangsang pertumbuhan jamur lebih baik .Penambahan nitrogen menyebabkan pertumbuhan miselium menjadi tebal dan merata (Gunawan, 2001).

Budidaya Jamur merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan pangan yang sangat marak berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis dari budidaya jamur memang menjanjikan hasil yang lumayan saat ini maka dari itu banyak masyarakat yang turut serta dalam usaha budidaya jamur ini. Selain mudah dalam proses pengerjaannya, budidaya jamur tidak membutuhkan modal yang terlalu besar sehingga sangat tepat diterapkan pada masyarakat yang taraf ekonominya sedang ataupun rendah, bahkan saat ini banyak petani padi, jagung, tembakau maupun peternak yang banting stir berprofesi menjadi pembudidaya jamur, bahkan membudidayakan jamur juga banyak diandalkan sebagai pekerjaan sampingan.

Salah satu praktikum mikroterapan adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang juga memiliki banyak manfaat. Dalam praktikum ini praktikan dilatih untuk membudidayakan jamur tiram putih melalui berbagai tahap yaitu tahap pencampuran bahan, tahap pembuatan, tahap sterilisasi, tahap inokulasi bibit jamur, tahap inkubasi, dan pengamatan pertumbuhan miselium serta tahap penanaman.

B.     TUJUAN PRAKTIKUM

1.      Untuk mengetahui cara – cara budidaya jamur tiram putih secara benar
2.      Untuk mengetahui cara – cara membuat medium untuk jamur tiram putih
3.      Untuk mengetahui berbagai bahan dasar yang dapat digunakan dalam budidaya jamur tiram putih
4.      Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih
5.      Untuk mengetahui mikroorganisme yang digunakan dalam budidaya jamur




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    JAMUR

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.

Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu.

B.     BAHAN DASAR JAMUR

1.     Klaras pisang, klari, dan alang-alang

            Bahan ini merupakan bahan dasar pembuatan media tanam (baglog). Bahan yang digunakan umumnya mengandung beragam zat didalamnya yang dapat memacu pertumbuhan atau sebaliknya. Zat-zat yang dibutuhkan jamur untuk tumbuh yaitu karbohidrat serat dan lignin. Sedangkan zat yang dapat menghambat pertumbuhan yaitu zat metabolit sekunder atau yang umum dikenal sebagai getah dan atsiri. Dengan demikian bahan yang digunakan hendaknya dari tumbuhan yang tidak memiliki getah.

Pemilihan bahan perlu memperhatikan kebersihan, selain itu bahan yang akan digunakan haruslah sudah kering tujuannya untuk membunuh sel-sel yang ada pada daun. Sedangkan tujuan daun dipotong kecil-kecil daun adalah untuk mempermudah miselium tumbuh, jika masih lembaran menganggu pertumbuhan jamur.

2.     Kapur

Kapur merupakan bahan baku sebagai sumber kalsium (Ca) dan berguna untuk mengatur tingkat kemasaman (pH) media. Kapur yang digunakan yaitu kapur pertanian (CaCO3). Kandungan kalsium dan karbonnya sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur dan sebagai penyumbang nutrisi pada saat jamur dikonsumsi.

3.     Bekatul

Bekatul merupakan hasil sisa dari penggilingan padi. Apabila diamati bekatul terdiri dari bubuk dan butiran kecil akibat dari pengupasan kulit padi, selain itu bekatul mengandung serbuk kulit padi. Bahan ini telah umum digunakan pada industri peternakan sebagai pakan.
Pada media jamur penggunaan bekatul dimaksudkan sebagai sumber karbohidrat, karbon (C) dan nitrogen (N). Selain itu vitamin B1 dan B2 juga terkandung didalamnya. Bekatul yang digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi dan yang perlu diperhatikan yaitu pemilihan harus yang masih baru dan belum bau / tengik.
4.     Gips

Gips atau CaSO4 digunakan sebagai sumber kalsium (Ca) dan berguna untuk memperkokoh media baglog. Dalam keadaan kokoh media tidak akan cepat rusak. Namun penggunaan gips disebut-sebut tidak organik dan tidak sehat mungkin karena mengandung senyawa SO4, oleh karena itu gips mulai ditinggalkan oleh petani jamur.

5.     Pupuk ZA

Pupuk yang biasa diberikan yaitu pupuk ZA. pemberian pupuk dimaksudkan sebagai nutrisi pertumbuhan jamur dan dapat mempercapat pemanenan. Selain itu ukuran rata-rata jamur yang dihasilkan lebih besar.

C.    KLASIFIKASI


Kingdom         : Plantae

Divisio             : Mycota
Sub Divisio     : Eumycotina
Kelas               : Basidiomycetes
Sub Kelas        : Homobasidiomycetes
Ordo                : Himenomycetales
Sub ordo         : Agaricales
Family             : Agaricaceae
Genus              : Pleurotus
Spesies            : Pleurotus ostreatus

D.    REPRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

Jamur sebagai tanaman memiliki inti, berspora, dan merupakan sel-sel lepas atau bersambungan membentuk benang yang bersekat atau tidak bersekat yang disebut hifa (sehelai benang). Hifa jamur terdiri atas sel-sel yang berinti satu dan haploid. Hifa jamur menyatu membuat jaringan yang disebut miselium (kumpulan hifa). Miselium jamur bercabang-cabang dan pada titik pertemuannya membentuk bintik kecil yang disebut sporangium yang akan tumbuh menjadi pinhead (tunas atau calon tubuh buah jamur) dan akhirnya berkembang (tumbuh) menjadi jamur (tubuh buah). Pada awal perkembangan miselium, jamur melakukan penetrasi dengan melubangi dinding sel kayu. Proses penetrasi (pemboran) dinding sel kayu dibantu oleh enzim pemecah sellulosa, hemisellulosa dan lignin yang disekresi oleh jamur melalui ujung lateral benang-benang miselium. Enzim mencerna senyawa kayu yang dilubangi sekaligus memanfaatkannya sebagai sumber (zat) makanan jamur (Djarijah dan Djarijah, 2001).

Berdasarkan ciri-ciri, miselium dibagi menjadi 3 macam, yaitu

1.      Miselium primer, yang dihasilkan oleh basidiospora yang jatuh ditempat yang sesuai dan berhasil berkecambah menjadi miselium. Awalnya miselium ini berinti banyak, kemudian terjadi persekatan sehingga miselium menjadi berinti satu yang haploid.

2.      Miselium skunder, terjadi sebagai hasil plasmogami antara dua hifa yang kompatibel. Miselium skunder berkembang biak secara khusus dimana tiap inti membelah diri, dan belahan tersebut berkumpul lagi tanpa mengadakan kariogami dalam sel baru, sehingga miselium skunder selalu berinti dua.

3.      Miselium tersier, terdiri dari miselium skunder yang terhimpun menjadi jaringan teratur yang kemudian membentuk basidiokarp (Dwijoseputro,1988).

Reproduksi jamur tiram terjadi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual dengan cara: fragmentasi pada hifa dan spora, (seperti konidia, oidia, clamydospora, dan arthrospora), pembelahan sel (fission), pertunasan sel somatic atau spora (budding), dan pembentukan spora. Sedangkan reproduksi seksual melalui 3 fase: plasmogami, karyogami dan meiosis (Darnetty, 2006).

E.     SYARAT TUMBUH JAMUR

Air merupakan komponen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur.  Salah satu manfaat air bagi jamur adalah sebagai bahan pengencer media agar miselium jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari  media dengan baik, sekaligus menghasilkan spora. Kadar air media diatur 50-60%. Apabila air yang ditambah kurang maka jamur tumbuh kurang optimal sehingga menghasilkan jamur yang kurus, bila air yang ditambah terlalu banyak menyebabkan busuknya akar (Cahyana dkk., 2006). Kadar air yang dibutuhkan untuk perkembangan jamur dalam media tumbuh berkisar antara 50-60%. Ini dilakukan dengan cara menambahkan air bersih. Air perlu ditambahkan sebagai bahan pengencer agar miselium jamur dapat tumbuh danmenyerap makanan dari media subtrat dengan baik. Nurfalakhi (1999) menambahkan bahwa kadar air lebih rendah dari 50% atau lebih tinggi dari 60% maka akan menghambat pertumbuhan miselium.

Menurut Suriawiria (2002) pertumbuhan jamur dalam subtract sangat tergantung pada kandungan air, apabila kandungan air terlalu sedikit makapertumbuhan dan perkembangan akan terganggu atau terhenti sama sekali. Sebaliknya bila terlalu banyak air, miselium akan membusuk dan mati. Subtrat tanam yang terlalu banyak air ditandai dengan banyaknya pertumbuhan jenis jamur liar yang tidak diharapkan dan hal ini merupakan Jenis jamur hama yang akan menghambat pertumbuhan.

Untuk pertumbuhan miselium jamur suhu optimumnya tergantung dari jenis strain. Jika termauk strain suhu tinggi maka lebih menyukai suhu 25 –30 ̊ C  dan kelompok strain suhu rendah menyukai suhu 12 –15  ̊ C. Pertumbuhan bakal buah membutuhkan suhu normal ruangan yang berkisar 25 -28  ̊ C, jika terlalu dingin tubuh buah akan banyak mengandung air yang berdampak pada kebusukan, sedangkan jika terlalu panas maka akan terhambat pertumbuhan bakal buahnya. (Wardi, 2006).

Pada masa pembentukan miselium membutuhkan kelembaban udara di atas 60-80%, sedang untuk merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah membutuhkan kelembapan 90%. Tunas dan tubuh buah yang tumbuh dengan kelembapan di bawah 80% akan mengalami gangguan absorbsi nutrisi sehingga menyebabkan kekeringan dan mati. Kelembaban ini dipertahankan dengan menyemprotkan air secara teratur (Parjimo, 2007). \

Jamur tidak memerlukan cahaya dalam pertumbuhannya, namun demikian cahaya penting untuk merangsang sporulasi. Di samping itu cahaya juga berguna dalam pemencaran spora, karena organ-organ yang menghasilkan spora bersifat fototrofik (Darnetty, 2006).

pH mempengaruhi pertumbuhan jamur, baik pertumbuhan miselium ataupun pertumbuhan tubuh buah. Keasaman ini dipengaruhi oleh permeabilitas membran jamur, oleh karena itu jamur menjadi tidak mampu mengambil nutrisi yang penting pada saat pH tertentu, sehingga akan dikenal sebagai jamur bersifat acidofilik (pH rendah) dan jamur basiofilik (pH tinggi). Pada umumnya jamur akan tumbuh pada pH 4,5-8 dengan pH optimum antara 5,5-7,5 tergantung pada jenis jamurnya. Kisaran pH untukpertumbuhan miselium akan berbeda (5,4-6) dengan pembentukan tubuh buah(4,2-4,6) (Gunawan, 2001).

Jamur saprofitik memperoleh makanan dengan cara merusak bahan organik mati. Hasil studi laboratorium menunjukkan bahwa C, H, O, N, P, K, Mg,S, B, Mn, Cu, Mo, Fe, dan Zn dibutuhkan oleh kebanyakan jamur atau mungkin untuk semua jenis jamur. Elemen lainnya seperti Ca, hanya dibutuhkan oleh beberapa jenis jamur saja. Glukosa dan senyawa Nitrogen organik merupakan sumber karbon yang paling baik untuk pertumbuhan jamur. Ukuran molekul makanan harus cukup kecil sehingga mampu untuk melewati dinding sel dan membran. Oleh karena itu jamur harus terlebih dahulu merombak molekul-molekul besar menjadi molekul-molekul kecil untuk dapat diabsorpsi. Perombakan molekul ini dilakukan dengan mengeluarkan enzim ekstraseluler (Darnetty, 2006).

Jamur kayu membutuhkan sirkulasi udara segar untuk pertumbuhannya, oleh karena itu kumbung perlu diberi ventilasi agar aliran udara bisa berjalan secara baik (Gunawan, 2001). Dua komponen penting dalam udara yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur yaitu O2 dan CO2. Oksigen merupakan unsur penting dalam respirasi sel.Sumber energi di dalam sel dioksidasi menjadi karbondioksida dan air sehinggaenergi menjadi tersedia. Karbondioksida dapat berakumulasi sebagai hasil darirespirasi oleh jamur sendiriatau respirasi organisme lain. Akumulasi CO2 yangterlalu banyak akan mengakibatkan pertumbuhantubuh buah jamur yang abnormal (tangkaimenjadi sangat panjang dan perbentukan payung abnormal). Oleh karena ituventilasi sangat diperlukan dalam fase pembentukan tubuh buah (Gunawan,2001).Wardi (2006) menjelaskan bahwa miselium membutuhkan lingkungan yang mengandung 15-20% CO2, akan tetapi tubuh buahnya tidak toleran terhadap kondisi tersebut. Pada kadar CO2 yang tinggi akan menghambat pertumbuhan bakal buah, maka untuk pertumbuhan miselium memang diperlukan CO2 yang tinggi akan tetapi untuk pertumbuhan buahnya dibutuhkan O2 yang cukup, hal itu dapat kita lakukan dengan menutup rapat jika kita akan menumbuhkan miselium. Untuk menumbuhkan bakal buah kita harus menjaga sirkulasi udara agar tetap lancer.

F.     KANDUNGAN NUTRISI JAMUR

Jamur tiram mengandung 18 jenis asam amino yang dibutuhkan oleh  tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Selain sebagai sumber bahan pangan yang bernilai gizi tinggi, jamur tiram juga digunakan sebagai bahan obat anti tumor,  dapat  meningkatkan sistem kekebalan, menurunkan kolesterol dan  mempunyai  efek antioksidan. Jamur tiram mengandung asam folat yang berguna untuk mencegah dan mengobati anemia. Jamur tiram  juga sangat kaya akan vitamin, seperti vitamin B (B1, B2, B3, B6, Biotin dan B12), vitamin C dan Bioflavonoid (Vit P). Jamur tiram juga mengandung beberapa mineral seperti sodium, potasium, fosfor, mangan,magnesium, besi dan seng. Komposisi dan kandungan nutrisi jamur tiram putih disajikan pada Tabel.1 dibawah ini.





Tabel 1. Komposisi dan Kandungan nutrisi Jamur Tiram

Zat Gizi
Kandungan
Zat Gizi
Kandungan
Kalori
367 kalori
Niacina
77,2 mg
Protein
10,5-30,4%
Ca
14 mg
Karbohidrat
56,6%
K
3, 793 mg
Lemak
1,7-2,2%
P
717 mg
Thiamin
0,2%
Na
837 mg
Riboflavon
4,7-1,9 mg
Fe
3,4-18,2 mg





















BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    WAKTU DAN TEMPAT

Waktu praktikum dan pengmatan  ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni. Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium UMP.

B.     ALAT DAN BAHAN

·         Alat

1.      Ember
2.      Kantog polybag bening
3.      Autoklaf
4.      Kapas
5.      LAF
6.      Pinset panjang
7.      Spatula
8.      Pembakar spiritus
9.      Tempat penyimpanan
10.  Botol berisi media tumbuh
11.  Karet
12.  Rak penyimpanan
13.   Sprayer
14.  Potongan pipa
15.  Kayu

·         Bahan

1.      Daun kelapa kering
2.      Air
3.      Daun pisang kering
4.      Alang-alang
5.      Alcohol
6.      Caco2, gips, kapur, pupuk ZA/ urea
7.      Bibit jamur
8.      Bekatul
9.      Aci

C.     CARA KERJA

1.      Menyiapkan alat dan bahan
2.      Mencampurkan klaras pisang atau klari atau alang –alang dengan  bekatul
3.      Member air sedikit demi sedikit
4.      Menambahkan  gips, kapur, pupuk ZA/ urea, aci
5.      Meratakan komposisi bahan hingga homogen
6.      Memasukkan bahan kedalam plastic
7.      Mensterilkan dengan autoklaf
8.      Mendinginkan
9.      Menanam bibit jamur ke media tumbu di Lamina Air Flaw
10.  Mengamati pertumbuhan jamur ± 2 bulan



  



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    HASIL PRAKTIKUM

1.      Tabel pengamatan

a.       Tabel pengamatan

kelompok
pupuk
Media
No.
blog
parameter
Pertumbuhan miselium
Lama tumbuh miselium
kontaminasi
I
ZA
Blarak/klari
1
Penuh
2 bulan
Tidak terjadi kontaminasi
2
Penuh
3
Penuh
4
Penuh
5
¾ penuh
6
¼ penuh
II
ZA
Alang-alang
1
Penuh
2 bulan
3 mengalami kontaminasi ditandai warna hitam pada medium
2
Penuh
3
Penuh
4
½ penuh
5
½ penuh
6
½ penuh
III
ZA
Klaras pisang
1
Penuh
2 bulan
Tidak ada kontaminasi
2
Penuh
3
Penuh
4
¾ penuh
5
¾ penuh
6
¾ penuh
IV
ZA
Blarak/klari

1
Penuh
2 bulan
3 (timbul warna hitam pada medium)
2
Penuh
3
Penuh
4
Penuh
5
Penuh
6
Penuh
7
Penuh
8
Penuh
9
Penuh
V
ZA
Alang-alang
1
Penuh
2 bulan
4 (timbul warna hitam pada medium)
2
Penuh
3
Penuh
4
Penuh
5
Penuh
6
Penuh
7
Penuh
8
¾ penuh
9
¾ penuh
VI
ZA

Klaras pisang
1
Penuh
2 bulan
Tidak ada kontaminasi
2
Penuh
3
Penuh
4
Penuh
5
Penuh


B.     PEMBAHASAN

Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal musim dan tidak membutuhkan tempat yang luas. Praktikum kali ini adalah bertujuan untuk menegtahui tahapan-tahapan dalam melakukan budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dan mengetahui baebagai bahan dasar yang dapat digunakan sebagai medium untuk budidaya jamur tiram putih.

Tahapan dalam budidaya jamur tiram putih pada praktikum kali ini adalah meliputi: (1) pembuatan medium untuk budidaya jamur tiram putih, medium yang kelompok kami gunakan adalah blarak atau klari (daun kelapa yang sudah kering) yang dipotong kecil-kecil dengan tujuan untuk mempermudah perkembangan hifa jamur tiram putih, kemudian dicampur dengan beberapa bahan tambahan seperti: bekatul, untuk penambahan bekatul ini digunakan sebagai tambahan sumber karbohidrat dan vitamin bagi jamur tiram putih. CaCO3, penambahan CaCO3 ini digunakan sebagai sumber mineral bagi jamur tiram putih. Tepung aci, penambahan tepung aci ini bertujuan untuk merekatkan medium agar hifa jamur tiram putih mudah dalam memperoleh nutrisi. Urea / ZA, penambahan ini digunakan sebagai sumber nitrogen yang dibutuhkan oleh jamur tiram putih; (2) memasukkan medium kedalam plastik dan memadatkannya, tujuan pemadatan tersebut adalah untuk memudahkan daya hisap hifa jamur tiram putih dalam menyerap nutirisi; (3) menstrilkan medium, tujuan pensterilan ini adalah untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme lain pada medium; (4) inokulasi bibit jamur, inokulasi ini dilakukan di LAF untuk mencegah medium agar tidak terganggu oleh pergerakan udara, angin atau orang, dan juga agar medium tetap steril; (5) menginkubasi medium, penginkubasian ini bertujuan untuk memperbanyak miselium jamur tiram putih; (6) pemeliharaan, pemeliharaan ini dilakukan dengan menyemprotkan air disekitar daerah tempat medium disimpan, hal ini bertujuan untuk menjaga kelambaban dan suhu yang cocok.

Pada praktikum pembuatan jamur tiram ini masing-masing kelompok menggunakan perlakuan bahan dasar yang berbeda-beda. kelompok 1 dan 4 menggunakan blarak/klari, kelompok 2 dan 5 menggunakan alang-alang, kelompok 3 dan 6 menggunakan klaras pisang.

Berdasarkan hasil pengamatan selama 2 bulan, kelompok 1 membuat medium jamur tiram putih sebanyak 6 baglog, dengan pertumbuhan miselium pada 3 baglog terisi penuh, 1 baglog terisi sebanyak 3/4 dan 1 baglog terisi hanya ¼ saja dengan lama tumbuhnya miselium selama 2 bulan dan tidak terdapat medium yang kontaminasi. Kelompok 2 membuat medium jamur sebanyak 6 baglog, dengan pertumbuhan miselium untuk 3 baglog terisi penuh dan 3 baglog hanya terisi setengahnya lamanya tumbuh miselium ini dilakukan selama 2 bulan dan terdapat 3 medium yang terkontaminasi dengan ditandai warna hitam pada medium tersebut. Kelompok 3 membuat medium sebanyak 6 baglog, dengan pertumbuhan miselium pada 3 baglog terisi penuh dan 3 baglog yang lainnya hanya terisi ¾ permukaan dengan pengamatan selama 2 bulan dan didapat tidak adanya medium yang terkontaminasi. Kelompok 4 membuat medium sebanyak 9 baglog dengan pertumbuhan miselumnya pada semua baglog terisi penuh secara merata yang diamati selama 2 bulan, akan tetapi terdapat 3 medium yang mengalami kontaminasi dengan ditandai adanya warna hitam pada medium tersebut. Kelompok 5 membuat medium jamur sebanyak 9 baglog dan pertumbuhan miseliumnya pada 7 baglog terisi penuh secara merata dan 2 baglog hanya terisi 3/4 permukaan selama 2 bulan pengamatan, akan tetapi terdapat 4 medium yang terkontaminasi dengan ditandai warna hitam pada bagian medium. Kelompok 6 membuat medium jamur sebanyak 5 baglog, pertumbuhan miseliumnya untuk semua baglog terisi penuh selama  2 bulan pengamatan dan tidak adanya medium yang terkontaminasi.

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka dapat dijelaskan bahwa semua bahan dasar cocok untuk membuat media tanam jamur tiram putih. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan. Pada bahan dengan menggunakan blarak atau klari (daun kelapa kering) ini mengalami pertumbuhan miselium yang cukup bagus, karena pada kelompok 1 untuk semua baglog tidak mengalami kontaminasi. Sedangkan pada kelompok 4 terdapat 3 baglog yang terkontaminasi. Hal ini dapat disebabkan karena kelembaban yang ada pada media sudah mencukupi sehingga pertumbuhan miseliumnya cepat. Kemudian kandungan selulosa yang terdapat pada klari cukup banyak. Serta pupuk ZA yang digunakan sebagai sumber nutrisi terpenuhi bagi pertumbuhan miselium dan kondisi yang lembab penyebabkan penggunaan pupuk ZA oleh mikroorganisme dimanfaatkan sepenuhnya. Adanya baglog yang terkontaminasi ini dapat disebabkan oleh praktikan yang kurang steril, kondisi suhu dan kelembapan yang kurang mendukung sehingga timbulnya bercak-bercak yang berwarna hitam pada permukaan medium.

Pada bahan dengan menggunakan daun pisang kering atau yang disebut dengan klaras dan penambahan pupuk ZA mengalami pertumbuhan miselium yang baik dan cepat. Dan tidak ada satu baglog pun yang mengalami kontaminasi. Jumlah miselium yang tumbuh pada media klaras hampir semua ditumbuhi miselium. Hal ini menunjukan bahwa pada media klaras banyak mengandung selulosa oleh sebab itu untuk pertumbuhan miseliumnya membutuhkan waktu yang tidak lama. Hasil ini juga sama pada media klaras yang ditambah pupuk ZA. Tidak ada perbedaan yang nyata antara dua perlakuan tersebut karena pupuk yang digunakan sama. Sehingga untuk penggunaan pupuk sebagai tambahan nutrisi dan mineral bagi jamur bisa menggunakan pupuk ZA.

Pada bahan media dengan menggunakan daun alang-alang dan ditambah pupuk ZA mengalami pertumbuhan miselium yang tidak begitu bagus karena pada kelompok 2 terdapat 3 baglog dan pada kelompok 5 terdapat 4 baglog yang mengalami kontaminasi sedangkan baglog yang lain tidak sepenuhnya ditumbuhi miselium dengan baik dan merata, dan ada baglog yang hanya setengahnya saja yang ditumbuhi miselium. hal tersebut dikarenakan medium yang digunakan sebagai bahan dasar adalah menggunakan alang-alang, dimana tekstur / bentuk dari bahan tersebut masih terlalu kasar, sehingga menyulitkan miselium jamur tiram untuk tumbuh dan berkembang. Selain hal tersebut, ada beberapa faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh dan berkembangnya miselium jamur tiram putih, diangtaranya yaitu : suhu, Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal.

 Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28 OC dengan kelembapan 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22 OC, kelembaban ruangan, cahaya dan sirkulasi udara.

Untuk media yang mengalami kontaminasi berupa kehitaman pada media dan warna kekuningan bisa disebabkan karena media tersebut terdapat mikroorganisme lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram putih. Adanya mikroorganisme lain pada media menyebabkan terjadinya perebutan nutrisi dan mineral antara mikroorganisme dengan bibit jamur sehingga sumber nutrisi lebih cepat habis. Sedangkan faktor lain yang dapat menyebabkan kontaminasi adalah pada bagian kapas terkena air, sehingga menyebabkan masuknya miroorganisme lain ke dalam media.

C.     KESIMPULAN

1.        Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal musim dan tidak membutuhkan tempat yang luas

2.        Untuk melakukan budidaya jamur tiram putih, ada 2 hal yang harus diperhatikan yaitu, media tanam dan bibit jamur

3.        Selain serbuka kayu, beberapa bahan dasar lain juga dapat digunakan sebagai media tanam untuk budidaya jamur tiram putih, diantaranya: daun kelapa kering (blarak/klari), alang-alang dan daun pisang kering (klaras)

4.        Ada beberapa tahapan dalam budidaya jamur tiram putih, antara lain: persiapan bahan, pembuatan medium tanam, pensterilan medium, inokulasi bibit, inkubasi, dan pemeliharaan

5.        Dalam pembuatan medium jamur tiram putih, yang diperlukan tidak hanya bahan dasar sebagai medium utama, tetapi ada beberapa campuran bahan lain seperti bekatul, yang digunakan sebagai tambahan sumber karbohidrat dan vitamin bagi jamur tiram putih. CaCO3, yang digunakan sebagai sumber mineral bagi jamur tiram putih. Tepung aci, penambahan tepung aci ini bertujuan untuk merekatkan medium agar hifa jamur tiram putih mudah dalam memperoleh nutrisi, Urea / ZA, yang digunakan sebagai sumber nitrogen yang dibutuhkan oleh jamur tiram putih

6.        Pertumbuhan miselium terbaik adalah pada medium di kelompok 3dan 6 yang menggunakan bahan dasar klaras pisang, pada medium ini hampir semua baglog terpenuhi miselium dan tidak terdapat baglog yang terkontaminasi.

7.        Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih, yaitu media tanam, suhu, kelembaban ruang, pH, cahaya dan sirkulasi udara.

8.        Untuk media yang mengalami kontaminasi berupa kehitaman pada media dan warna kekuningan bisa disebabkan karena media tersebut terdapat mikroorganisme lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram putih.

9.      Faktor yang dapat menyebabkan kontaminasi adalah pada bagian kapas terkena air, sehingga menyebabkan masuknya miroorganisme lain ke dalam media.


DAFTAR PUSTAKA


Yusriana, Bintarti . 2014 . Petunjuk Praktikum Pengantar Bioteknologi . Purwoketo: UMP

http://adtya2011.blogspot.com/2011/01/laporan-budidaya-jamur-tiram.html. diakses pada tanggal 15 Juni 2014, pukul 15:47

http://aimarusciencemania.wordpress.com/2012/04/29/manfaat-jamur tiram-putih.html . diakses pada tanggal 15 Juni 2014, pukul 15:13

http://yusufsuryadi.blogspot.com/2012/06/budidaya-jamur-tiram-putih.html . diakses pada tanggal 15 Juni 2014, pukul 14:36
















Post a Comment for "Makalah Praktikum Mikrobiolgi Terapan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)"