Uniknya Tradisi Perang Centong di Desa Kamal
Perang centong merupakan suatu tradisi yang ada di Desa Kamal, Kecamatan Larangan Brebes.
Tradisi ini merupakan tradisi yang ada pada acara pernikahan tertentu. Yaitu jika mempelai anak pertama dinikahkan dengan mempelai anak terakhir.
Tujuan dari diadakannya tradisi ini adalah untuk menolak bala.
Terutama untuk tarekah agar pasangan tidak bertengkar terus. Hal ini karena menurut kepercayaan setempat jika anak pertama dinikahkan dengan anak terakhir maka akan selalu terjadi perbedaan pendapat yang selalu memicu pertengkaran. Oleh karena itu perang centong dianggap sebagai sarana untuk menghilangkan hal tersebut.
Terutama untuk tarekah agar pasangan tidak bertengkar terus. Hal ini karena menurut kepercayaan setempat jika anak pertama dinikahkan dengan anak terakhir maka akan selalu terjadi perbedaan pendapat yang selalu memicu pertengkaran. Oleh karena itu perang centong dianggap sebagai sarana untuk menghilangkan hal tersebut.
Adapun yang melakukan perang centong adalah dua orang yang dianggap mampu, dan memiliki doa-doa tertentu. Alat yang digunakan dalam peperanganpun sangat unik, yaitu berupa centong (Alat untuk mengambil nasi),Kipas yang terbuat dari bambu (biasanya digunakan untuk mendinginkan nasi yang baru matang), tali untuk kerbau/sapi (mungkin lambang kuatnya ikatan,pen), hasepan (alat untuk mengkukus terbuat dari bambu menyerupai huru V), nyiru (alat untuk menapih beras) dan kendi berisi air.
Sebelum melakukan peperangan, maka kedua tokoh saling beradu argument. Setelah itu terjadilah perkelahian layaknya film laga. Diakhir pertarungan, yang memegang centong selalu yang menenang (mewakili pihak mempelai laki-laki, pen), dan pasti yang memegang kendi kalah (meakili mempelai perempuan).
Tanda berakhirnya perang ini adalah ketika kendi pecah dipukul centong, sehingga keluarlah semua air yang ada dalam kendi tersebut. (Mungkin melambangkan kalahnya ego, dan permpuan yang akan selalu menyejukan hati sang laki-laki, layaknya air yang menyegarkan, pen )
Tanda berakhirnya perang ini adalah ketika kendi pecah dipukul centong, sehingga keluarlah semua air yang ada dalam kendi tersebut. (Mungkin melambangkan kalahnya ego, dan permpuan yang akan selalu menyejukan hati sang laki-laki, layaknya air yang menyegarkan, pen )
Biasanya perang centong dilakukan setelah pasangan pengantin baru saja sampai kerumah, usai dari KUA (Kantor Urusan Agama). Seakan menyambut pengantin, saat mereka baru turun dari mobil, pengantin langsung disambut dengan tradisi ini. Monggo untuk detailnya bisa dilihat pada video di baah ini :
Setelah tradisi ini selesai kemudian disambut tradisi berikutnya yaitu tradisi sawer pengantin yang tidak kalah serunya.
Untuk mengetahui keseruan Sawer Pengantin silahkan bisa sobat lihat pada video di bawah ini :
Indahnya Berbagi
Post a Comment for "Uniknya Tradisi Perang Centong di Desa Kamal"