Makalah Aliran-aliran Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Pendidikan |
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang bertemakan “Aliran-aliran Pendidikan”.
Adapun penulisan makalah ini bertujuan, untuk mengetahui aliran-aliran di Indonesia.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis semata-mata. Namun, karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis dengan ketulusan hati mengucapkan banyak terima kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar percobaan penulisan makalah ini lebih baik dan bermanfaat. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allahlah yang Punya dan Maha kuasa.
Terima kasih.
Purwokerto, 01 Oktober 2012
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia karena pendidikan merupakan hal yang paling penting untuk membawa mereka kepada kehidupan yang lebih baik, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orangtuanya. dan masalah sukses tidaknya pendidikan tidak lepas dari factor pembawaan dan lingkungan. Pembawaan dan lingkungan merupakan hal yang tidak mudah untuk di jelaskan sehingga memerlukan penjelasan dan uraian yang tidak sedikit.
Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusaha mencari jawaban, tentang perkembangan manusia itu sebenarnya bergantung kepada pembawaan ataukah lingkungan. Di dalam berbagai kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai saat ini. Dalam hal ini penulis akan memaparkan beberapa pendapat dari aliran-aliran klasik, diantaranya aliran narativisme, naturalism, empirisme, dan konvergensi, serta pengaruhnya terhadap pemikiran dalam praktek pendidikan di Indonesia, serta pandangan islam terhadap pendidikan. Meskipun paparan ini hanya terbatas pada aliran-aliran penting, namun diharapkan tidak akan mempengaruhi maksud dan tujuannya sebagai pembekalan wawasan historis terhadap setiap calon tenaga pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dalam Makalah ini penulis mempunyai rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pendapat-pendapat aliran klasik dan aliran-aliran baru terhadap pendidikan?
2. Apa pengaruh aliran-aliran klasik, terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana pandangan Islam terhadap pendidikan ?
4. Apa saja aliran pokok pendidikan di indonesia ?
C. Tujuan
Dalam pembahasan kali ini pemakalah mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pendapat aliran-aliran klasik dan aliran-aliran baru terhadap pendidikan.
2. Untuk mengetahui pengaruh aliran-aliran klasik terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap pendidikan.
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pendapat-pendapat Aliran Klasik terhadap Pendidikan
1. Aliran Nativisme
Istilah Nativisme berasal dari kata natives yang artinya terlahir. Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhaur(1788-1869), seorang filosofis jerman. Aliran ini identik dengan pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa oleh manusia sejak lahir, pembawaan yang telah terdapat pada waktu lahir itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut aliran nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Dalam ilmu pendidikan pandangan seperti ini disebut pesimistis pedagogis.
Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri. Bagi nativisme lingkungan-lingkungan sekitar tidak mempengaruhi perkembangan anak, penganut aliran ini mengatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat., sebaliknya kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan baik. Pembawaan baik dan buruk ini tidak dapat diubah dari luar.
Jadi menurut pemaparan diatas telah jelas bahwapendidikan menurut aliran nativisme tidak bisa mengubah perkembangan seorang anak atau tidak mempunyai pengaruh sama sekali. Karena menurut mereka baik buruknya seorang anak ditentukan oleh pembawaan sejak lahir, dan peran pendidikan disini hanya sebatas mengembangkan bakat saja. Misalnya: seorang pemuda sekolah menengah mempunyai bakat music, walaupun orang tuanya sering mmenasehati bahkan memarahinya supaya mau belajar, tapi fikiran dan perasaannya tetap tertuju pada music dan dia akan tetap berbakat menjadi pemusik.
2. Aliran Naturalisme
Nature artinya alam atau yang dibawa sejak lahir. Aliran ini dipelopori oleh seorang filusuf Prancis JJ. Rousseau (1712-1778). Berbeda dengan nativisme, naturalism berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan yang baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk. Bagaiman hasil perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengaruh itu baik maka akan baiklah ia akan tetapi, jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. Seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu JJ. Rousesseau sebagai berikut : “semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari sang pencipta, tetapi semua rusak ditangan manusia.” Oleh karena itu sebagai pendidik Rousessau mengajukan “pendidikan alam” artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau masyarakat jangan banyak mencampurinya. Rousessau juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu, aliran ini juga disebut negativisme.
Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. Rousessau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiyah sejak saatkelahirannya itu dapat bekembang secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan adanya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaannya, kemampuannya dan kecenderungannya.
Naturalism yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini malahan terbukti sebaliknya makin lama makin di perlukan.
3. Aliran Empirisme
Kebaikan dari aliran empirisme dan naturalisme adalah empirnisme dengan tokoh utama Jhon Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah the school of british empirism(aliran empirisme inggris). Doktrin aliran empirisme yang sangat mashur adalah tabula rasa, sebuah istilah bahasa latin yang berarti buku tulis yang kosong atau lembaran kosong. Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalamanm, lingkungan dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini para penganut empirisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong dan tak punya apa-apa.
Aliran empirisme berpendapat berlawanan terhadap aliran nativisme dan naturalisme karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu samasekali ditentukan oleh lingkungannya atau pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik maupun kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidikannya. Dalam pendidikan pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis.
Kaum behavioris pun sependapat dengan kaum empiris, sebagai contoh di kemukakan di sini kata-kata waston, seorang behavioris tulen dari Amerika “berilah saya anak yang baik keadaan badannnya dan situasi yang saya butuhkan, dan dari setiap orang anak, entah yang mana bisa saya jadikan seorang dokter, seorang pedagang, seorang ahli hukum, atau jika memang dikehendaki menjadi seorang pengemis atau pencuri.” Dari pemaparan dan contoh diatas jelas menurut pandangan empirisme bahwa peran pendidik sangat penting sebab akan mencetak anak didik sesuai keinginan pendidik. Tapi dalam dunia pengetahuan pendapat seperti ini sudah tidak di akui lagi, umumnya orang sekarang mengakui adanya perkembangan dari pengaruh pembawaan dan lingkungan. Suatu peembawaan tidak dapat mencapai perkembangannya jika tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping itu orang berpendapat bahwa dalam batas-batas tertentu karena sepanjang pengetahuan kita tahu bahwa intelegensi. Di katakan dalam batas-batas tertentu karena sepanjang pengetahuan kita tahu bahwa intelegensi dapat kita kembangkan.
4. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai factor-factor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stren (1871-1938), seorang filosof dan piskolog Jerman. Aliran filsafat yang dipeloporinya disebut “personalisme”, sebuah pemikiran filosofis yang sangat berpengaruh terhadap disiplin-disiplin ilmu yang berkaitan dengan manusia. Diantara disiplin ilmu yang menggunakan asas personalisme adalah “personologi” yang mengembangkan teori yang komprehensif (luas dan lengkap) mengenai kepribadian manusia.
Faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam:
1. Faktor Intern, yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
2. Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa itu sendiri, yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungannya.
Perintis aliran ini adalah William Stren (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi. William Stren berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju kesatu titik pertemuan sebagai berikut:
a. Pembawaan
b. Lingkungan
c. Hasil pendidikan atau perkembangan
Karena itu teori W. Stren disebut teori konvergensi (konvergensi artinya memuat satu titik). Jadi menurut teori konvergensi:
1. Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan
2. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
3. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang manusia. Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu. Dari sisi lain, variasi pendapat itu juga melahirkan berbagai pendapat atau gagasan tentang belajar mengajar seprti, peran guru sebagai fasilitator ataukah informator, teknik penilaian pencapaian siswa dengan tes objek atau tes esai, perumusan tujuan pengajaran yang sangat behaviroal, penekanan pada peran teknologi pengajaran (The Teaching Machine, belajar berprogram, dan lain-lain).
B. Aliran-Aliran Baru dalam Pendidikan
Di dalam perkembangan pendidikan dewasa ini dapat kita identifikasi lima aliran besar yaitu:
a. Aliran Fungsionaris
Tokoh aliran ini adalah Durkheim dan Parsons. Aliran fungsionalisme berpendapat fungsin pendidikan masa kini adalah transmisi kebudayaan dan mempertahankan tatanan sosial yang ada. Masa depannya mempersiapkan dengan mendengarkan fungsi-fungsi dalam masyarakat masa depan.
b. Aliran Kulturalisme
Tokoh aliran ini adalah Bramel dan Ki Hajar Dewantara. Aliran ini melihat fungsi pendidikan masa kini sebagai upaya untuk merekontruksi masyarakat. Masyarakat mempunyai msalah-masalah yang dihadapi dan upaya pendidikan adalah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut seperti identitas bangsa, benturan kebudayaan, preservasi dan pembangunan budaya. Fungsi pendidikan adalah menata masyarakat berdasarkan budaya yang universal dengan berdasarkan budaya lokal yang berkembang ke arah kebudayaan nasional dan kebudayaan global seperti Trikon dari Ki Hajar Dewantara.
c. Aliran Kritikal
Freire menggaris bawahi dalam pendidikan terdapat tiga unsur fundamental yakni: pengajar, peserta didik dan realitas dunia (Mansour Faqih, Roem Topatimasang, Toto Rahardjo). Hubungan antara unsur pertama dengan unsur kedua seperti halnya teman yang saling melengkapi dalam proses pembelajaran. Keduanya tidak berfungsi secara struktural formal yang nantinya akan memisahkan keduanya. Bahkan Freire mengarai bahwa hubungan antara pengajar dan peserta didik yang bersifat struktural formal halnya akan melahirkan “pendidikan gaya bank”(banking consept of education). Posisi pengajar dan peserta didik oleh Freire dikategorikan sebagai subjek “yang sadar”(cognitive). Adapun posisi realitas dunia menjadi medium atau objek “yang disadari”(cognizable). Dengan begitu manusia dalam konsep pendidikan Freire mendapati posisi sebagai subjek aktif. Manusia kemudian belajar dari realitas sebagai medium pembelajaran.
d. Aliran Interpelatif
Tokoh aliran ini Bernstein. Menurut aliran ini tugas pendidikan adalah mengajarkan berbagai peran dalam masyarakat melalui program-program dalam kurikulum. Sedangakan untuk masa depan pendidikan berfungsi menghilangkan berbagai bias budaya dan kelas-kelas sosial yang membedakan antara kelompok elit dan rakyat jelata yang miskin.
e. Aliran Modern
Tokoh aliran ini adalah Derrida, Foucalt, Gramsci. Bagi mereka fungsi pendidikan masa depan adalah transmisi ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan masyarakat masa depan perlu menghargai kebhinekaan dan keberagamaan pendapat. Fungsi pendidikan adalah membina pribadi-pribadi yang bebas merumuskan pendapat dan menyatakan pendapatnya sendiri dalam berbagai perspektif. Individu yang diinginkan adalah individu yang kreatif dan berpikir bebas termasuk berpikir produktif.
C. Pengaruh Aliran-aliran Klasik Terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia
Di Indonesia telah diterapkan berbagai aliran-aliran pendidikan, penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi. Meskipun dalam hal-hal tertentu sangat diutamakan bakat dan potensi lainnya dari anak, namun upaya penciptaan lingkungan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan itu diusahakan pula secara optimal. Dengan kata lain, meskipun peranan pandangan empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya ditolak, tetapi penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan eksistis fungsional yang diterima sesuai dengan kebutuhan, namun di tempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi seperti telah dikemukakan, tumbuh-kembang, manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni hereditas, dan anugerah. Faktor terakhir itu merupakan pencerminan pengakuan atas adanya kekuasaan yang ikut menentukan nasib manusia. Dari paparan diatas jelas bahwa Indonesia yang mayoritas agama islam lebih condong pada aliran konvergensi yakni faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah pembawaan dan lingkungan. Pembawaan merupakan potensi-potensi yang ada pada diri manusia sejak lahir yang perlu dikembangkan dengan adanya pendidikan atau lingkungan.
D. Pandangan Islam Terhadap Pendidikan
Dalam ajaran islam pada hakikatnya manusia sebagai kholifah Allah dibumi ini. Manusia mempunyai potensi untuk memahami, menyadari dan kemudian merncanakan pemecahan problem hidup dan kehidupannya, serta bertanggung jawab dalam pemecahan problem tersebut. Dalam kata lain islam menghendaki agar
manusia melaksanakan pendidikan diri sendiri secara bertanggung jawab, agar tetap berada dalam kehidupan yang islami.
Agama islam adalah agam yang universal, yang mengajarkan umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu di antara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepda setiap umat islam untuk melakukan pendidikan. Karena pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi demi untuk mencapai kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat. Dengan pendidikan itu pula manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal kehidupannya. Apabila kita memperhatikan ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhamad Saw, maka nyatalah bahwa Allah telah menekankan perlunya orang belajar baca tulis dan ilmu pengetahuan.
Firman Allah dalam surat al-Alaq ayat 1-5:
Artinya:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang telah diketahuinya.”
Disamping menekankan pada umatnya untuk belajar, islam juga menyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Islam mewajibkan umatnya untuk belajar dan mengajar, manusia itu sebagai makhluk yang dapat dididik dan mendidik. Seperti dalam ayat al-Taubah 122, yang artinya:“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semaunya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Kemudian sabda Nabi Muhamad Saw: “jadilah kamu pendidik yang penyantun, ahli fikih dan ahli ilmu, disebut pendidik bila seseorang telah mendidik manusia dengan ilmunya sedikit-sedikit lama kelamaan banyak.”(HR. Bukhari).
Dalam sabda Nabi Muhamad Saw, yang lain: “jadilah kamu orang yang ‘alim (mengajar ilmu), atau orang yang mencari ilmu, atau orang yang mendengar (ilmu), atau orang yang suka (pada ilmu), dan janganlah kamu jadi pihak kelima, maka rusaklah kamu.”
E. Tiga Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia
Sebagai reaksi terhadap pendidikan colonial di Indonesia (dulu bernama Hindia-Belanda) yang bersifat intelektualistis dan individualis maka timbulah sekolah-sekolah yang cenderung memperhatikan bangsa dan masyarakat Indonesia terutama rakyat biasa. Dasar dan tujuan masing-masing lembaga pendidikan pada umumnya bersifat nasional religious dan politis.
1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Di zaman pemerintahan Hindia-Belanda, seorang putra Indonesia yaitu RM Suwardi Suryaningrat suka menulis dengan bahasa Belanda yang halus dan menyindir pemerintah. Sindiran yang dianggap paling tajam oleh pemerintah penjajahan berjudul “Als ik een nederlender was” (kalau saja aku seorang belanda). Pada tanggal 3 Juli 1922 telah didirikan suatu taman kanak-kanak yang dinamakan Taman Indriya di Yogyakarta. Perkembangan selanjutnya yaitu tingkat sekolah dasar, ke,udian seluruh lembaga disebut “perguruan kebangsaan taman siswa”, suatu jenis pendidikan nasional dengan sisitem among.
· Asas-asas taman siswa :
a. Asas merdeka untuk mengatur dirinya sendiri
b. Asas kemerdekaan dalam cipta, rasa dan karsa
c. Asas kebudayaan Indonesia sendiri
d. Asas kerakyatan
e. Asas kekuatan sendiri
f. Asas berhamba kepada sang anak
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 maka dua tahun kemudian yaitu tahun 1947 disusunlah dasar-dasar taman siswa. Kelima dasar (Pancadarma) adalah kemanusiaan, kodrat hidup, kebangsaan,kebudayaan dan kemerdekaan. Dasar kemanusiaan, kebangsaan, dan kebudayaan memberikan corak pendidikan nasional, sedangkan dasar hidup dan kemerdekaan menentukan system pendidikan, yaitu system among.
Tentang kebudayaan dikemukakan teori “tri kon” yaitu :
a. Kontinu ; kebudayaan harus berkesinambungan, berjalan tidak terputus.
b. Konsentris ; dalam menilai dan menerima kebudayaan asing, kita harus berpusat pada kebudayaan Indonesia.
c. Konvergensi ; kebudayaan Inonesia berpadu dengan kebudayaan bangsa lain di dunia, menjadi kebudayaan umat manusia.
1. Ruang pendidikan INS di Kayutanam
Sesekolah yang timbul sebagai reaksi terhadap sekolah-sekolah pemerintah Hindia-Belanda yaitu INS (Indonesische Nederlansche School). Pendiri INS adalah Mohammad Syarei, dari negeri Belanda. Setelah Indonesia merdeka INS kepanjangannya berubah menjadi Indonesische Nationale School. Ia menyatakan “hanya dengan pendidikan nasional bangsa Indonesia akan berhasil baik dalam mencapai cita-cita sebagai bangsa yang merdeka dan menjadi tuan atas dirinya sendiri”. Sekolah ini mempunyai rencana pelajaran dan metode sendiri yang hamper mirip dengan rancangan Kerschensteiner dengan Arbeitsschule. Mohammad Syafei beranggapan bahwa dengan belajar, bekerja seperti ini watak murid akan terbentuk dan dikemudian hari dapat tumbuh menjadi orang yang merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di sekolah. Mohammad Syafei dengan sekolahnya ingin membentuk pemuda-pemuda Indonesia yang berani tegak sendiri, berusaha sendiri, hidup bebas dan tidak bergantung buat seumur hidupnya ada pemerintah sebagai pegawainya itu.
Dasar pemikiran INS adalah :
i. Percaya dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
ii. Menentang intelektualisme, giat, dan punya daya cipta serta dinamis.
iii. Memperhatikan bakat dan lingkungan siswa (community centered).
iv. Berpikir secara rasional, bukan secara misitik.
Ruang Pendidikan INS:
Ruang pendidikan INS terdiri dari 4 tingkatan ruangan :
1. Ruang rendah sekolah dasar 7 tahun
2. Ruang antara 1 tahun (sambungan ruangan rendah)
3. Ruang dewasa 4 tahun (sambungan ruang antara atau ruang rendah)
4. Ruang masyarakat 1 tahun
System ini tidak mendapatkan tanggapan yang diharap dari daerah lain karena terlalu banyak menuntut pengorbanan dari parah pendidiknya. Mereka harus berani hidup sangat sederhana dan mungkin dalam kekurangan. Keuntungan dari pendidikanya hanya dirasakan secara perorangan. Andaikata di zaman itu orang sudah merasakan manfaat sekolah ala kerschensteiner, mungkin orang akan bersedia memberikan pengorbanannya.
1. Pendidikan Muhammadiyah
Muhammadiyah ialah suatu organisasi yang berdasarkan agama islam, social dan kebangsaan. Perkumpulan ini didirikan oleh kyai Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Yogyakarta. Tujuanya adalah untuk menyebarluaskan agama islam. Kemudian berkembang menjadi meluaskan pendidikan agama islam dan memupuk perasaan agama para anggotanya. Asas pendidikannya ialah islam dan berpedoman kepada Qur’an dan Hadits. Tujuan pendidikannya ialah terwujudnya manusia muslim, berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, berguna bagi masyarakat dan Negara.
Dasar pendidikan :
1. Tajdid
2. Kemasyarakatan
3. Aktivitas
4. Kreativitas
5. Optimisme
Fungsi Lembaga Pendidikan
1. Alat dakwah kedalam dan keluar anggota-anggota muhammadiyah.
2. Tempat Pembina kader yang dilaksanakan secara sistematis dan selektif.
3. Gerak amal anggota.
4. Pensyukuran nikmat Tuhan.
5. Sumbangan terhadap masyarakat dan Negara.
BAB III. PENUTUP
Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini, dan masa yang akan datang terus berkembang hingga saat ini. Aliran / gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan diseluruh dunia, termasuk pendidikan di Indonesia. Dari sisi lain, di Indonesia juga muncul gagasan-gagasan tentang pendidikan, yang dapat di kategorikan sebagai aliran pendidikan. Setiap tenaga pendidikan diharapkan memiliki bekal yang memadai dalam meninjau masalah yang dihadapi, serta pertimbangan yang tepat dalam menetapkan kebijakan dan atau tindakan sehari-hari. Dari aliran-aliran pendidikan di atas kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik. Sebab penggunaannya di sesuaikan dengan tingkat kebutuhan, situasi, dan kondisinya pada saat itu, karena setiap aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri. Aliran-aliran pendidikan baru yang berkembang sebenarnya adalah pengembangan dari keempat aliran-aliran klasik yang ada yaitu, (1) aliran Empirisme, (2) Nativisme, (3) Naturalisme, dan (4) Konvergensi. Pada dasarnya aliran-aliran pendidikan kritis mempunyai suatu kesamaan ialah pemberdayaan individu.
DAFTAR PUSTAKA
Post a Comment for "Makalah Aliran-aliran Pendidikan"