Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hubungan Didikan Orangtua dan Stres pada Anak

Gb.http://www.septian.web.id
Anak merupakan sosok yang sangat berharga bagi kehidupan manusia.
Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan anatar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak.
Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional.Anak adalah asset bangsa.Masa depan bangsa dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang.Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa.Begitu pula sebaliknya, Apabila keperibadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang.
Bukan hal asing lagi jika semua orangtua melakukan segala sesuatunya demi anak, dimulai mereka bekerja mati-matian, sampai rela melakukan segala sesuatunya atas nama kecintaan pada anak.
siapa yang tak menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang baik, sholeh dan pintar sehingga menjadi kebanggaan kita di hadapan teman dan masyarakat.
Di samping sebagai amanat, anak juga merupakan aset yang sangat berharga bagi manusia.
baik itu ketika di Dunia, terutama saat para orangtua sudah sepuh sang anaklah yang bisa di andalkan.
Lebih dari itu anak merupakan aset penolong bagi para orangtua jika mereka telah meninggalkan Alam Fana ini. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW dalam sebuah Haditsnya :
ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺎﺕَ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥُ ﺍﻧْﻘَﻄَﻊَ ﻋَﻤَﻠُﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﻣِﻦْ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔٍ
ﻣِﻦْ ﺻَﺪَﻗَﺔٍ ﺟَﺎﺭِﻳَﺔٍ ﻭَﻋِﻠْﻢٍ ﻳُﻨْﺘَﻔَﻊُ ﺑِﻪِ ﻭَﻭَﻟَﺪٍ
ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﻳَﺪْﻋُﻮ ﻟَﻪُ
“Jika seseorang meninggal dunia,maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan,atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Semua anak sholeh pasti selalu mendoakan orangtuanya , minimal setelah melakukan sholat 5 waktu. Dengan demikian tentu para orangtua yang memiliki anak sholeh akan bahagia di dalam kuburnya.
semua orangtua pasti menginginkan anak baik dan sholeh tersebut, siapapun dan seperti apapun orang tua tersebut, sekalipun orangtua tersebut mungkin bukan orang yang baik, namun di hati kecilnya pasti sangat menginginkan anak yang baik.
orang tua sebenarnya merupakan penentu karakter anak, mau di bawa seperti apa dia anak layaknya secarcik kertas putih , orangtualah yang menentukan isi dari kertas tersebut.
Definisi Pendidikan
Definisi dan Pengertian Pendidikan menurut para ahli pada hakekatnya adalah suatu proses pembentukan perilaku manusia secara intelektual untuk menguasai ilmu pengetahuan, secara emosional untuk menguasai diri dan secara moral sebagai pendalaman dan penghayatan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.

Secara etimologi pendidikan berasal dari kata “educare” dalam bahasa latin yang bermakna melatih atau mengajarkan. Educare berasal dari kata EX dan ducare, yang berarti memimpin. Jadi pendidikan adalah suatu proses pelatihan dimana terdapat dua subyek yang saling berhubungan, yaitu yang satu memimpin dan yang satunya lagi dipimpin.

Pendidikan adalah kegiatan kemanusiaan atau disebut sebagai kegiatan “memanusiakan manusia”. Kesuma, dkk (2007), menyebutkan bahwa sebagai kegiatan manusiawi, pendidikan membuat manusia membuka diri terhadap dunia. Lebih dari itu Khan (2010), menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses humanisasi yang artinya dengan pendidikan manusia akan lebih bermartabat, berkarakter, terampil, yang memiliki tanggung jawab terhadap sistem sosial sehingga akan lebih baik, aman dan nyaman.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Tipe – Tipe Didikan Orang Tua 
a.      Tipe Otoriter
Tipe otoriter adalah peran orang tua dalam keluarga yaitu sebagai atasan dan anak sebagai bawahan. Sehingga apa yang dikatakan oleh orang tua, sang anak harus mematuhinya. Anak dituntut untuk memetuhi setiap apa yang diinginkan orang tua. Beberapa anak akan mengalami kejenuhan dan ingin keluar dari setiap aturan – aturan yang tuanya buat. Karena peraturan yang mereka buat harus dipatuhi dan tidak boleh dibantah. Sehingga mereka meresa terkekang dan berusaha mencari pelampiasan. Tipe orang tua yang otoriter, biasanya anaknya bersikap baik dalam keluarga, tetapi brutal dalam pergaulan. Karena setiap mereka bisa bebas dalam bergaul, mereka akan melakukan sesuatu sesuka mereka. Kedisplinan memang tercipta, tetapi bukan karena sang anak hormat tetapi mereka takut pada orang tuanya.
b.      Tipe Permisif
Ada orang tua yang sangat terlalu sayang pada anaknya, sehingga menuruti segala kemauan anaknya karena tidak mau melihat anaknya bersedih, menangis atau kecewa. Ini lah orang tua dengan tipe permisif. Berkebalikan dengan tipe otoriter, disini orang tua cenderung memberi kebebasan yang berlebihan kepada anak sehingga seorang keblabasan dan bersikap semaunya. Peran orang tua terlalu lemah sehingga anak tidak menghormati orang tuanya sendiri dan orang tua tidak kuasa melawan anaknya. Seorang anak juga dibebaskan dalam melalukan hal apapun sehingga mereka tidak ada rasa hormat dan rasa takut terhadap orang tuanya. Anak akan bersikap tidak disiplin dan manja karena orang tua selalu membelanya.
c.       Tipe Arsetif
Tipe ini adalah tipe demokrasi dalam keluarga, yaitu setiap pendapat dipertimbangkan. Setiap aturan yang dibuat jelas kaena disertai alasan – alasan yang kuat sehingga anak dibuat mengerti setiap peraturan yang dibuat. Sehingga anak mengerti setiap konsekuensi yang akan diterima ketika ia melanggar aturan dalam keluarganya. Tanpa adanya kekerasan misalnya bentakan, pukulan terhadap anak, anak akan menyadari kesalahannya. Dan kosekuensi yang ada dijalankan secara baik. Sehingga kedisplinan dalam keluarga akan tercipta dengan sendirinya karena kesadaran rasa hormat dari anak atas orang tuanya.

Berbagai Kesalahan Orang Tua Dalam Mendidik Anak

Semua tife didikan yang dilakukan orangtua, hampir semuanya menganggap itu adalah didikan yang terbaik untuk anaknya, atas nama cinta dan didikanlah mereka melakukan berbagai aktifitas didikan tersebut.
Namun tidak sedikit hasil didikan orangtua tersebut justru menimbulkan efek buruk bagi anak, itu menunjukan berarti ada diodikan yang salah terhadap anak.

Salah Mendidik Sebabkan Rendahnya IQ Anak dan Terganggu Tumbuh Kembangnya
Rasulullah pun memang memperbolehkan orangtua memukul anaknya jika tidak mau sholat
Dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


    ."مروا أولادكم بالصلاة وهم أبناء سبع واضربوهم عليها وهم أبناء عشر، وفرقوا بينهم في المضاجع"

    “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila pada usia sepuluh tahun tidak mengerjakan shalat, serta pisahkanlah mereka di tempat tidurnya.”(hadits hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan)
Tidak jarang banyak orangtua mudah sekali memukul anaknya, bahkan yang usia balita terutama jika mereka rewel dan nakal.
padahal ini dapat menyebabkan teromatik yang mendalam, hilangnya kedekatan psikolog anak dengan orangtua, bahkan anak bisa menganggap orangtuanya sebagai sosok yang menakutkan.
Rasulullah memperbolehkan para orangtua memukul anaknya saat usia 10 Tahun itupun buakan sewena-wena, bukan sembarang anak yang bisa di pukul oleh orang tua.
Anak yang boleh di pukul jika tidak mau melakukan sholat ini adalah seorang anak yang sejak usia 7 Tahun di  latih dan di biasakan untuk melakukan sholat 5 waktu, namun sampai usia 10 Tahun di biasakan dia masih berani meninggalkan sholat, anak seperti inilah yang boleh dipukul dengan tujuan mendidik. namun jika tanpa dibiasakan sebelumnya orangtua tidak punya hak untuk itu, dan tentu dia sangat berdosa karena tidak membiasakan anaknya melakukan sholat 5 waktu dari semenjak ia berusia 7 tahun bahkan kurang dari itu.
Setiap orang tua pastilah ingin memiliki anak yang cerdas, sehat, berbudi, dan berkarakter baik. Kita sering mendengar ungkapan bahwa seorang anak merupakan cerminan dari pribadi orang tua mereka. Hal ini benar, karena sejak dalam kandungan dan dilahirkan kemudian bertumbuh besar, seorang anak bergantung penuh pada orang tuanya atau pada orang yang mengasuh dirinya. Sehingga karakter orang tua atau pengasuhnya akan berdampak besar pada pertumbuhan fisik maupun perkembangan karakter dan mental. Oleh karena itu dalam mendidik anak diperlukan pola asuh yang tepat karena berkaitan erat dengan pembentukan karakter anak yang berkualitas.
Anak yang lahir tidak mengetahui apa-apa, baik itu kebaikan maupun keburukan. anak hanya meniru dari apa yang dilihatnya. Langkah bijak dari para orangtua dalam membiasakan anak melakukan hal-hal baik adalah dengan memberi anak contoh terlebih dahulu.m
contoh seorang ayah yang ingin anaknya mau belajar Al-Qur'an , terlebih dahulu dengan memberikan contoh pada anak dengan di beri contoh ayahnya sangat rajin membaca Al-Quran. Begitu juga untuk hal lain, contoh merupakan cara paling ampuh dalam memberikan didikan pada buah hati anda.


Para orangtua tidak boleh serta merta memukul anak jika ia tidak melakukan hal-hal baik yang di anjurkan atau justru ia malah melakukan hal-hal yang salah.
sebelum melakukan itu banyak hal yang bisa di lakukan, diantaranya dengan tidak memberikan yang ia sukai jika tidak mengerjakan dan memberikannya karena mau mengerjakan, menegurnya dengan baik-baik dan jangan kasar apalagi jika hal itu dilakukan di depan teman-temannya, tentru ini bisa merusak kepercayaan dirinya dan bisa menyebabkannya menjadi minder.
Jika memang segala hal sudah dilakukan namun masih tetap tentu dengan alasan mendidik orangtua boleh memukul anaknya, namun saat memukul tidak boleh dalam keadaan marah, tidak boleh kebagian-bagian fital seperti kepala , perut dan dada.
pukulan bagi didikan layaknya garam untuk sayuran jadi seperlunya saja, dan tidak boleh keras-keras.
Banyak orangtua beranggapan didikan keras adalah untuk melatih disiplin anak
Bila Anda termasuk orangtua yang menerapkan disiplin dengan cara kekerasan, sebaiknya Anda berpikir ulang mulai sekarang. Tidak semua anak mampu dididik dengan cara keras, meskipun ada pula sebagian kecil yang mampu bertahan dengan didikan ala militer tersebut. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mendidik anak dengan kekerasan lebih banyak efek negatifnya dibandingkan dampak positif yang dihasilkan.
      Murray Strauss, seorang peneliti dari New Hampshire University, Amerika Serikat, melakukan penelitian terhadap 1.510 anak, baik yang mendapatkan perlakuan kasar dari orangtuanya maupun tidak. Semua anak tersebut menjalani tes IQ pada saat memulai penelitian dan pada akhir penelitian. 4 tahun kemudian atau di akhir penelitian, Murray mendapatkan hasil bahwa anak-anak yang tidak mengalami kekerasan di rumahnya mengalami peningkatan IQ antara 2,8 hingga 5 poin, sementara IQ anak-anak yang mengalami kekerasan cenderung statis dan kesulitan untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
      Penelitian lain yang dilakukan oleh Duke University, Amerika Serikat, juga memperkuat hasil penelitian di atas. Hasil penelitian di Duke menunjukkan bahwa anak-anak balita yang sering mendapatkan perlakuan kasar cenderung memiliki IQ yang rendah. Penelitian yang dilakukan terhadap anak-anak berumur satu tahun yang mengalami kekerasan dari orangtuanya tersebut ternyata membuat mereka memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah setelah kembali diteliti dua tahun kemudian dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mendapatkan perlakuan kasar.
      Selain dalam hal IQ, ternyata perlakuan kasar orangtua dalam mendidik anak juga berpengaruh terhadap perilaku dan tumbuh kembang anak di kemudian hari. Sebuah penelitian mengenai kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh Tulane University, Amerika Serikat, memaparkan fakta bahwa anak-anak berusia tiga tahun yang sering mengalami kekerasan secara fisik dari orangtuanya akan bersikap lebih agresif saat sang anak menginjak usia lima tahun. Perilaku agresif tersebut akan meningkat sejalan dengan lebih seringnya kekerasan yang dialaminya.
tindakan kekerasan yang dilakukan orangtua merupakan pengalaman yang traumatik bagi anak. Semakin sering anak mendapatkan kekerasan, maka akan semakin lambat juga perkembangan kemampuan mental mereka. Berbagai penelitian juga telah menunjukkan bahwa kejadian yang traumatik akan berakibat buruk bagi otak.
      Di samping itu, trauma tersebut juga akan membuat anak Anda stres pada kejadian-kejadian yang sulit dihadapi dan lebih jauh lagi akan berdampak buruk pada perkembangan kognitifnya. Didikan yang terlalu keras juga akan menghambat kreativitas dan kemampuan anak Anda untuk berpikir secara bebas, selain itu juga anak Anda tidak terlatih untuk mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya.

Cara Mendidik yang Salah Picu Timbulnya Berbagai Penyakit

Didikan dan cara bergaul orangtua dengan anak tentu akan menyebabkan berbagai penykit terutama penyakit stress.
Di mulai dari didikan orangtua yang otoriter menyebabkan tekanan yang mendalam bagi anak, sedikitnya waktu yang di berikan orangtua untuk anak sehingga anak merasa kurang perhatian dan kasih sayang dari orangtua, orantua yang terlalu menuntut anaknya menjadi ini itu, bahkan membanding-bandingkan anak-anaknya dengan anak lain akan menyebabkan anak mengalami setress, demi menghindari itu sebaiknya hindarilah hal-hal yang di sebutkan tadi, didiklah anak dengan cinta, penuh kelembutan dan kebijaksanaan, bertindaklah sebagaimana seharusnya anak diperlakukan, semua orang pernah mengalami masa anak-anak jadi sudah sepatutnya semuanya paham apa yang dipikirkan dan di inginkan anak.
jika orangtua tetap mendidik dengan cara salah bersiaplah anaknya akan mudah mengalami berbagai penyakit, karena Dampak Stress yang ditimbulkannya.
Gejala stres yang dapat ditimbulkan dapat dalam bentuk fisik maupun fisikologi
a. Gejala Stress pada anak dalam bentuk fisik
gejala stres pasda anak dalam bentuk fisik dapat ditunjukan dengan gejala munculnya berbagai penyakit seperti penyakit kuliot,asma yang kambuh,gangguan susah tidur(Insomnia),sakit kepala,nyeri pada perut,nyeri otot dan muadh merasa lelah.
pernyataan ini di dukung oleh The American Medical Association. Lembaga ini memperkirakan bahwa dari semua penyakit yang ada, 80 persen berasal dari stres. Dan 80 persen stres menariknya diakibatkan oleh masalah di tempat kerja.

Banyak orang merasa stres dan tertekan dari hari ke hari, sehingga menjadi stres jangka panjang. Masalah kompleks semacam ini akan mengakibatkan masalah kesehatan yang serius. Jika dibiarkan, stres bisa memicu kematian dini. oleh karena itu sayangilah anak anda agar tidak mengalami stress, didiklah dengan baik.
b. Gejala Stress dalam bentuk Fsikologi
perubahan perilaku tersebut seperi anak menjadi lebih agresif, garang,tidak mematuhi aturan guru dan orangtua, bahkan bisa menyebabkan gejala teroma, seperti teroma suara keras dan lainnya.
Lakukan komunikasi yang baik dengan semua anggota keluarga terutama anak. jangan melakukan aktivitas buruk di depan anak, seperti pertengkaran suami istri dan lainnya. pujilah anak saat melakukan hal baik atau berprestasi agar dia lebih tampil percaya diri dan semakin nyaman menjalani kehidupannya.
didiklah anak dengan cinta demi kesetabilan jiwanya.

sumber:
http://www.wedaran.com/8317/gejala-stres-pada-anak/
http://health.detik.com/read/2012/05/07/160058/1911201/1301/sifat-orangtua-yang-sebabkan-anak-mudah-marah
Awas, Stres Picu Berbagai Penyakit | Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan - Dokter Sehat


Post a Comment for "Hubungan Didikan Orangtua dan Stres pada Anak"