Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Bicara Rasulullah SAW Menurut Kitab Asy-Syama-ilul Muhammadiyyah


Cara bicara Rasulullah SAW merupakan informasi yang sangat penting untuk kita ketahui, sebab seperti kita ketahui bicara merupakan sesuatu yang sangat fital. Bila saja kita salah dalam berucap, atau tidak pandai mengolah dan mengatur kata dengan baik, maka selain dapat membuat orang lain terluka bukan hal yang tak mungkin juga akan merusak dunia hingga akhirat kita.

Banyak orang berkata, luka karena benda tajam dapat hilang tapi luka karena lidah tidak bisa hilang. Layaknya kita menancapkan paku pada sebuah papan kayu kemudian kita palu, sekali pun sudah dilepas maka akan tetap berbekas. Begitulah ilustrasi dari bahayanya lidah yang melontarkan kata yang salah, sekalipun dimaafkan namun bekas lukanya akan tetap ada.

Oleh karena itu, baginda kita yang agung menganjurkan untuk kita senantiasa berbicara yang baik atau diam. Dalam kesempatan lain, beliau juga bersabda bahwa seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya.

Atas dasar itu, pada kesempatan kali ini kita akan membahas cara bicara Rasulullah saw. seperti yang telah dijelaskan dalam kitab Asy-Syama-ilul Muhammadiyyah. Semoga dengan mengetahuinya lisan kita senantiasa mampu mengeluarkan kata-kata yang baik dan penuh hikmah, sehingga dapat membuat kita terhindar dari menyakiti orang lain, atau menumpuk dosa karena bicara yang salah. Adapun penjelasan kitab tersebut mengenai bab ini adalah sebagai berikut :

 ‘Aisyah Ummul Mukminin r.a. mengkhabarkan:

Rasulullah saw. tidak berbicara cepat sebagaimana kalian. Tetapi beliau berbicara dengan kata-kata yang jelas dan tegas. Orang yang duduk bersamanya akan dapat menghafal (katakatanya).

Diriwayatkan oleh Humaid bin Mas‘adah al-Bashriyyi dari Humaid al-Aswad dari 'Usamah bin Zaid dari Zuhri dari “Urwah yang bersumber dari 'Aisyah r.a..

Anas bin Malik r.a. bercerita:

Rasulullah saw. suka mengulang kata-kata yang diucapkammya sebanyak tiga kali agar dapat dipahami.

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Yahya dari Abu Qutaibah  - Muslim bin Qutaibah - dari 'Abdullah bin al-Mutsani dari Tsumamah yang bersumber dari Anas bin Malik r.a..

Hasan bin ‘Ali r.a. bercerita:


Aku bertanya kepada pamanku Hind bin Abu Halah. Ia adalah seorang ahli dalam meriwayatkan tentang sifat Rasulullah saw..
Tanyaku, “Ceritakan kepadaku cara Rasulullah saw. berbicara!“

Pamanku menjawab. “Rasulullah saw. adalah seorang yang banyak mengenyam kesusahan. Beliau selalu berfikir (bahkan hampir) tidak sempat beristirahat santai. Beliau lebih banyak diam (tidak berbicara), beliau tiada bicara kecuali apabila perlu. Membuka dan menutup pembicaraannya dengan menyebut nama Allah swt.. Isi pembicaraannya padat dengan makna, katakatanya jelas, tiada yang sia-sia dan tiada pula yang kurang di pahami. Beliau tiada berlaku kasar dan tiada pernah menghina. Nikmat Allah swt. dibesarkannya walau hanya sedikit.

Selain itu, beliau tak pernah mencaci makanan dan minuman, juga tak pernah memujinya. Tidaklah dunia menjadikannya marah dan tidak pula beliau marah karena dunia. Bila kebenaran dilanggar orang, maka tidak ada sesuatu yang akan mampu menahan amarahnya sampai beliau dapat memenangkan kebenaran itu. Beliau tidak akan marah kalau hanya karena dirinya dan tidak pula beliau akan membela diri beliau sendiri.

Bila beliau menunjuk (sesuatu), beliau tunjuk dengan tangan seutuhnya (bukan hanya dengan jari). Bila beliau kagum, beliau balikkan tangannya. Bila beliau bercakap-cakap, beliau hubungkan tangannya dan dipukulkannya telapak tangannya yang kanan ke perut ibu jarinya yang kiri Bila beliau marah, beliau akan memalingkan wajahnya, sedangkan bila beliau senang dipejamkannya matanya. Sebesar-besar ketawanya hanya tersenyum. Bila beliau tertawa, kelihatan manis sekali bagaikan butiran salju (terlihat giginya yang putih).”

Diriwayatkan oleh Suban bin Waki‘ dari Jumai bin 'Umar bin 'Abdurrahman al-‘Ijli, ia berkata bahwa ia mendengar dari seorang Iaki-laki Bani Tamim yang katanya dari putra Abu Halah -- suami Khadijah Ummul Mukminin sebelum menjadi istri Rasulullah saw. - yakni Abu 'Abdillah yang bersumber dari Hasan bin 'Ali k.w..

Keterangan :
Hind bin Abu Halah adalah saudara seibu Fathimah binti Rasulullah saw.. Ia adalah anak Khadijah r.a. dari suaminya terdahulu yang bernama Abu Halah. Hind wafat pada waktu Waqi‘atul Jamal di pihak Ali k.w..

Demikian pembahasan mengenai cara bicara Rasulullah saw. Bagi Anda yang ingin membaca semua isi kitab Asy-Syama-ilul Muhammadiyyah yang membahas lengkap, Pribadi dan Budi Pekerti Rasulullah SAW, silahkan bisa klik di sini.

Post a Comment for "Cara Bicara Rasulullah SAW Menurut Kitab Asy-Syama-ilul Muhammadiyyah"