Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Blunder Lagi, Prabowo Sebut Cadangan Devisa RI Kekecilan. Padahal Ini Faktanya


Beritaterheboh.com - Ketua umum Partai Gerindra Prabowo Subianto kemarin menyebut jumlah utang Indonesia mencapai Rp 9.000 triliun. Sebelumnya Prabowo juga sempat menyebutkan jika cadangan devisa Indonesia itu sangat kecil apalagi dibandingkan dengan cadangan devisa Singapura. 

Dalam acara Halal bihalal bersama warga Jawa Tengah di Semarang Prabowo menjelaskan tentang cadangan devisa Singapura yang mencapai US$ 279 miliar.

"Saudara-saudara, coba lihat, Singapura itu negara hanya 5 juta orang. Sama kabupaten Bogor, kalah jumlahnya mungkin kabupaten Semarang juga kalah. Tapi cadangan dia US$ 279 miliar hampir US$ 280 miliar," ujar Prabowo saat itu.

Dia kemudian membandingkan dengan kondisi Indonesia yang jumlah penduduknya lebih banyak. Menurutnya, cadangan devisa Indonesia bahkan lebih dari kecil dari Thailand.

"Tapi cadangan kita? Setengahnya, nggak smpai. Sama Thailand, Thailand juga lebih kecil dari kita jumlah penduduknya. Dia 70 juta orang, kita 3 kali lebih banyak, tapi cadangan kita kalah dengan Thailand. Saudara-saudara ini sudah membuktikan diri kalau setiap ahli ekonomi menilai ekonomi suatu negara yang pertama dinilai adalah cadangan devisa," ucap Prabowo.

Lantas, benarkah cadangan devisa Indonesia kekecilan? Berikut ulasannya.

1. Posisi cadangan devisa RI
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menjelaskan jumlah cadangan devisa RI saat ini masih bisa untuk membiayai 7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) jangka pendek pemerintah.

"Masih jauh di atas standar minimal internasional yaitu tiga bulan impor," kata Nanang.

Dari data BI hingga akhir Mei cadangan devisa tercatat US$ 122,9 miliar. Jumlah ini memang lebih rendah dibandingkan posisi April 2018 sebesar US$ 124,9 miliar. 

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Penurunan cadangan devisa pada Mei 2018 terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. 

Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang membaik, serta kinerja ekspor yang tetap positif.

2. Masih sesuai standard Internasional

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menjelaskan ukuran cadangan devisa sebuah negara itu disesuaikan dengan standar ukuran internasional.

"Standar ukurannya itu dilihat berdasarkan kemampuan untuk menutup kebutuhan impor dan pembayaran Utang Luar Neggeri (ULN) jangka pendek pemerintah," ujar Nanang.

Saat ini standar kecukupan internasional untuk cadangan devisa sebuah negara adalah 3 bulan impor. "Ini artinya, Indonesia masih jauh di atas standar kecukupan karena cadangan devisanya masih di kisaran 7,4 bulan impor," kata dia.

Mengutip data BI, memang terjadi penurunan pada cadangan devisa. Penurunan ini terjadi sejak Januari 2018, saat itu cadangan devisa tercatat US$ 131,98 miliar cukup untuk membiayai 8,5 bulan impor dan 8,2 bulan impor sekaligus pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Memasuki Februari cadangan devisa tercatat US$ 128,06 miliar atau tergerus sekitar US$ 3,92 miliar menjadi US$ 128,06 miliar. BI menyebut ini masih cukup untuk membiayai 8,1 bulan impor dan 7,9 bulan impor serta pembayaran ULN pemerintah.

Pada Maret 2018, cadev tercatat US$ 126 miliar berkurang lagi sebesar US$ 2,06 miliar. Jumlah ini mampu untuk membiayai 7,9 bulan impor dan 7,7 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.

Terakhir pada periode April 2018 cadangan devisa RI tercatat US$ 124,9 miliar setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.

Penurunan cadangan devisa pada Mei 2018 terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. 

Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang membaik, serta kinerja ekspor yang tetap positif.

3. Cadangan Devisa RI dan Singapura

Prabowo juga membandingkan jumlah cadev RI dengan cadev Singapura. Cadev RI disebut terlalu kecil untuk ukuran negara sebesar ini.

Ekonom PermataBank Josua Pardede menjelaskan antara Indonesia dan Singapura memiliki perbedaan dalam hal penyumbang devisa. "Cadev Indonesia seharusnya dibandingkan dengan negara berkembang lain juga," kata Josua.

Dia menyebutkan, Singapura merupakan negara yang memiliki karakter lain karena tidak memiliki industri atau agraria. Namun negara tersebut memiliki pelayanan dan jasa yang baik sehingga mampu mendorong ekspor. 

"Mereka itu negara yang layanan atau service nya bagus. Infrastruktur pelabuhannya bagus dan ekspor baik sehingga menopang cadangan devisa negaranya," ujar dia. 

Josua menambahkan, cadangan devisa RI saat ini berada di kisaran US$ 122,9 miliar jumlah ini masih cukup untuk membiayai 7,4 bulan impor dan 7,2 bulan impor serta pembayaran utang luar negeri pemerintah. 

Jika dibandingkan dengan periode 1997-1998 kondisi cadangan devisa saat ini terus membaik. Kemudian paska quantitative easing yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat (AS) jumlah cadangan devisa juga terus membaik. 

Mengutip data Monetary Authority of Singapore jumlah cadangan devisa Singapura tercatat sebesar US$ 385,1 miliar. Jumlah ini terus meningkat sejak awal tahun 2018 yang sebesar US$ 369,5 miliar.

4. Masih sehat

Ekonom PermataBank Josua Pardede menilai saat ini cadangan devisa masih dalam kondisi yang sehat. Meskipun memang sempat ada penurunan nominal, ini wajar terjadi karena adanya upaya stabilisasi nilai tukar Rupiah yang tertekan dolar Amerika Serikat (AS).

Hingga Mei 2018 cadangan devisa berdasarkan data BI tercatat US$ 122,9 miliar. Jumlah ini masih mampu membiayai 7,4 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

"Rasio cadev Indonesia saat ini masih di atas standar kecukupan internasional. Selain itu rasio terhadap produk domestik bruto (PDB), M2 dan utang jangka pendek masih kuat," kata Josua.

Josua mengungkapkan, rasio cadev RI merupakan firstline of defense atau pertahanan pertama yang dimiliki bank sentral. Sehingga dipastikan bank sentral akan mengupayakan dan menjaga mati-matian rasio ini. 

"BI kan juga menjaga stabilitas rupiah, cadev jadi buffer pertama untuk bantu stabilitas. Untuk mendorong itu harus diupayakan penerimaan ekspor yang lebih besar dan mendorong aliran modal asing yang masuk," imbuh dia. 

Menurut dia, kondisi cadangan devisa yang sehat dan nilai tukar yang baik akan saling berkaitan. Hal ini terjadi jika investor di pasar keuangan akan merasa nyaman jika kondisi kedua indikator tersebut kuat. 

Kemudian cadangan devisa dan nilai tukar akan terus menguat jika investor di pasar keuangan itu merasa nyaman. "Jadi sebenarnya ini dua arah dan ada timbal baliknya," imbuh dia.

Pada Mei lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan jumlah cadangan devisa tersebut lebih dari cukup untuk kebutuhan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.

"Cadangan devisa yang kita miliki itu lebih dari cukup dari yang kita perlukan, tidak hanya untuk pembiayaan impor tapi juga untuk ULN," ujar dia di Gedung BI.

Dia menjelaskan rasio cadangan devisa Indonesia masih cukup untuk menghadapi atau memitigasi aliran modal keluar yang terjadi.(detik.com)

Post a Comment for "Blunder Lagi, Prabowo Sebut Cadangan Devisa RI Kekecilan. Padahal Ini Faktanya"