Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Seorang Anak Wajib Berusaha Selalu Ada untuk Orang Tua Terutama Saat Mereka Membutuhkan


Peran orang tua tak bisa dilepaskan dari diri seorang manusia sampai kapanpuan jua, mereka akan senantiasa berperan besar dalam kehidupan seseorang. Baik ibu, ayah,kakak, nenek, kakek, paman, bibi, dan lain sebagainya mereka pasti turut berjasa besar pada kita.

Ketika ayah atau ibu bekerja, tak jarang kita meminta perlindungan dan kasih sayangnya pada mereka. Menangis merengek saat kita menginginkan sesuatu agar dibelikan. Bahkan tak jarang selain ibu mereka pun senantiasa mengganti popok bahkan membersihkan kotoran kita dengan air dan tangannya dengan lembut. 

Oleh karenanya sudah sepatutnya jika sebagai seorang anak, keponakan, cucu dan lainnya untuk senantiasa memikirkan mereka dikala dewasanya.

Jangan Pernah Jauh Saat Orang Tua Sakit


Dikala kita kecil, orangtua tak pernah habisnya menjaga dan merawat kita.  Bahkan saat kita sakit selain memikirkan biaya, dan terus berupaya merawat kita, waktu istirahat merekapun kita ambil karena tangisan kita terus mengganggu mereka. Meski penulis belum merasakan menjadi orangtua, namun penulis menyadari dan merasakan betul bahwa orangtua akan merasakan sakit dan kekhawatiran yang sangat luar biasa, saat anaknya mengalami sebuah penyakit.

Bukan hanya saat kita masih bayi dan anak-anak, bahkan sampai kita beranjak dewasa sekalipun, orangtua akan senantiasa merasakan itu. Saat duduk di kelas 2 SMK, penulis pernah mengidap suatu penyakit (radang ginjal dan tifus) yang lumayan serius. Meski bagi penulis penyakit tersebut tidak terlalu menyakitkan, namun peulis lihat kekhawatiran yang dirasakan orangtua begitu sangat besar.

Ibu, ayah, kakek, nenek, dan semua soudara terlihat begitu sangat khawatir. Beberapa kali ibu pun memeluk dan mencium penulis, saking khawatir terjadi hal-hal buruk pada anaknya.

Penulis tak bisa membayangkan betapa besar pengorbanan mereka untuk penulis, mulai dari dalam kandungan, bahkan saat melahirkan pun penulis sangat menyusahkan. Sejarah menceritakan bahwa untuk dapat penulis terlahir dengan selamat, dua dukun bayi di gerakan, karena rupanya satu dukun bayi saja belum cukup untuk membantu proses kelahiran penulis ke dunia. Subhanallah tepat di malam Jum’at keliwon 08 Desember 1989 tersebut, akhirnya penulis bisa merasakan udara yang segar.

Sebuah renungan yang akan senantiasa membuat penulis menitikan air mata saat mengingatnya. Alhamdulillah ibu berjuang dengan segenap kemampuan jiwa dan raganya. Alhamdulillah Allah takdirkan kami selamat semuanya. Perjuangan panjang yang dimulai dari alam rahim, melahirkan, menyusui, bahkan hingga kini penulis dewasa, perjuangan orangtua tak pernah mengenal kata akhir.
Atas dasar kasih sayang dan perjuangan mereka, penulis selalu berharap diberikan kesempatan oleh Allah untuk bisa membuat mereka bahagia. Jika dituntut untuk membalas, sampai mati pun penulis takan mampu membalas jasa dan pengorbanan mereka.

Penulis sadar betul selain ibu dan ayah, ada lagi beberapa orangtua lain yang ikut berperan besar dalam membuat penulis tumbuh dewasa hingga kini. Soudara-soudara dan kakek nenek. 



Oleh karena itu bagi penulis, meluangkan waktu untuk mereka saat mereka membutuhkan  adalah suatu kewajiban dasar. Penulis tak mau, saat dalam kelemahan mereka senantiasa menyuapi penulis, membangunkan penulis ketika selalu terjatuh saat belajar berjalan, atau sekedar menenangkan penulis ketika menangis ketakutan.

Dalam sakit mereka, dalam kerentaan selalu diselipkan dengan keadaan fisik yang melemah, pendengaran dan penglihatan mulai berkurang bahkan suarapun begitu terdengar mulai lirih pelan.
Penulis selalu berusaha ada di dekat mereka saat mereka membutuhkan, namun tetap saja penulis merasa sangat kurang puas jika belum bisa mengantarkan mereka ke jalan hidayah. Sudah sering penulis mencoba berbicara terus terang, bahkan mata ini menangis pun sudah tak terhitung lagi.
Penulis sering berfikir menuju alam keabadian, ketika terjaga dalam tidur selalu ingat kematian. Rasanya miris dan sakit sekali mengingat orangtua dan semua soudara yang belum mendapatkan hidayah Tuhan. Ini lebih menyakitkan dari pada melihat raga mereka yang terserang peyakit.

Meski taka ada jaminan penulis bisa masuk ke syurga-Nya, namun membayangkan keluarga tidak bisa masuk syurga pun adalah suatu hal yang sangat menyakitkan. Hal ini karena penulis sadar betul hanya ada dua tempat manusia kembali, dalam kenikmatan atau dalam kesengsaraan siksa yang teramat pedih.

Dikala penulis membakar tumpukan sampah, penulis sering merasakan hawa panas api, padahal saat itu jarak pembakarannya cukup jauh. Pernah penulis membakar sampah di sekolah, apinya begitu besar menyala, hingga jarak lima meterpun terasa panasnya.

Rasanya ingin sekali menangis dan menjerit saat itu, karena api itu begitu kuat mengingatkan penulis akan balasan yang pasti manusia dapatkan jika tidak bisa masuk ke syurga-Nya. Anak mana yang akan tega jika orangtua di siksa?

Dalam setiap sujud selalu penulis meminta, dalam dzikir dan bacaan Qur’an penulis selalu berusaha merayu, semoga Allah ampunkan dosa penulis, istri, orang tua, adik, kakek, nenek, dan semua soudara-soudara yang lain. Semoga Allah secepatnya memberikan hidayah, agar mereka mau melangkah kan kaki nya ke masjid, membasuh anggota badannya dengan air wudhu dan menyelimuti lidahnya dengan dzikir dan bacaan Qur’an.

Tiada pernah penulis merasakan ketakutan luar biasa selain ketakutan orangtua dan semua orang-orang yang penulis sayang dan menyayangi penulis, tidak bisa masuk ke Syurga-Nya.



Post a Comment for "Seorang Anak Wajib Berusaha Selalu Ada untuk Orang Tua Terutama Saat Mereka Membutuhkan"