Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Belajar dari Bagian-Bagian Rumah

Gambar : .http://eduntecno.blogspot.co.id

Rumah merupakan tempat kita tinggal. Tempat dimana kita berkumpul dengan orang-orang yang kita sayangi dan pasti juga menyayangi kita. Seindah apapun suatu tempat, pasti kita ingin selalu kembali pulang ke rumah, karena ia adalah tempat ternyaman untuk kita tinggal dan berbagi asa.
Sebelum memiliki rumah, biasanya kita mendesain sedemikian rupa rumah yang akan kita bangun. Baik melalui jasa arsitek ataupun melalui photo rumah-rumah yang sudah jadi, untuk kemudian ditiru. Untuk mendapatkan photo rumah terbaik ,tidak sedikit  orang sampai keliling ke berbagai tempat untuk mendapatkan jenis dan desain rumah yang sesuai dengan keinginan.
Dengan berkembangnya teknologi, sekarang kita tidak usah repot lagi jika hendak memilih desain rumah yang menarik. Cukup duduk didepan komputer yang sudah terkoneksi dengan internet maka kitapun bisa mendapatkan banyak pilihan berbagai desain rumah untuk kemudian memilihnya.
Setelah kita memutuskan untuk membangun suatu rumah dengan desain yang diinginkan, maka pengerjaanpun akan dimulai. Sebenarnya banyak sekali hikmah yang bisa kita dapatkan dari sebuah rumah, bahkan dalam prosesnya sekalipun.
Berikut beberapa pelajaran berharga yang dapat kita dapatkan hanya dengan melihat sebuah rumah:

Pondasi Rumah

Pondasi rumah merupakan faktor terpenting untuk sebuah rumah. Pasalnya pondasi ini merupakan dasar dari rumah yang menghujam ketanah. Coba kita bayangkan seandainya rumah yang dibuat begitu megah namun pondasinya lemah tentu rumah bisa ambruk dikemudian hari.
Pondasi merupakan dasar, mengajarkan kita agar memiliki pegangan yang kuat dalam menjalani hidup. Seseorang yang ingin selamat Dunia Akhirat tentu harus memiliki pondasi yang kuat agar tidak mudah dirobohkan keadaan dan godaan setan. Jika bahan pondasi rumah adalah pasir, batu, dan semen. Maka pondasi kehidupan kita adalah Iman, Aqidah, Tauhid, dan ilmu yang kuat, baik itu ilmu Agama maupun ilmu umum.  Dengan kuatnya bahan-bahan pondasi kehidupan yang kita miliki maka akan kuat lah kita dari berbagai aral rintangan dan godaan dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya jika bahan-bahan pondasi yang kita miliki tersebut lemah, tentu kita akan mudah roboh dan dihancurkan.
Dari bahan-bahan pondasi rumahpun kita dapat menemukan hikamh lain. Yaitu pentingnya perbedaan usia dan generasi manusia untuk membuat suatu kekuatan penuh.
Hakikatnya pondasi rumah hanya terdiri dari 2 bahan yaitu air dan tanah. Namun coba kita bayangkan jika seandainya hanya 2 bahan itu yang kita pakai untuk membuat pondasi rumah tentu , rumah yang kokoh takan tercipta. Perlu adanya rentang waktu yang lama sehingga membentuk generasi yang berbeda untuk saling menguatkan. Semen yang dipakai untuk perekat kita tahu bahan dasarnya adalah batu yang diolah dipabrik hingga akhirnya menjadi butiran semen. Begitupun sebaliknya batu itu sendiri ada yang berpendapat sebenarnya berasal dari tanah itu sendiri. Benar tidaknya pendapat tersebut tidak harus kita permasalahkan disini, Karena yang terpenting kita bahas adalah perbedaan generasi tersebut.
Contoh batu dan semen, benda yang berbeda namun berasal dari asal yang sama. Ini mengajarkan kita akan pentingnya mengajarkan generasi setelah kita dengan berbagai ilmu yang baru dan maju sesuai zamannya, tanpa harus meninggalkan mempelajari ilmu-ilmu lama yang wajib dipertahankan.
Dengan cara itu maka, suatu masyarakat berbangsa dan bernegara akan memiliki banyak kemajuan sehingga tidak tergilas dan tertinggal zaman. Oleh karenanya para orangtua harus semangat menyekolahkan putra-putrinya agar bisa menjadi manusia yang bisa semakin merekatkan seperti semen yang telah mengalami banyak proses tadi.
Adanya semen, pasir, dan batu takan mungkin bisa menjadi pondasi yang kuat tanpa adanya air.
Air adalah bahan alami yang dari dulu selalu sama dari setiap generasi. Menyejukan dan memiliki banyak guna. air disini saya ibaratkan sebagai suatu sikap dan karakter yang ada pada setiap generasi, ia adalah sutu warisan dari Tuhan yang sangat berharga. Dengan sikap manusia yang selalu menyejukan seperti air, memiliki banyak karakter baik, bahkan mampu menetralisir berbagai racun, membuat ia dapat mengikat satu manusia dan generasi yang berbeda. Setiap perbedaan yang ada ia gunakan sebagai bahan-bahan pemersatu yang kuat hingga akhirnya memiliki banyak guna.
Karena hanya dengan adanya airlah maka semen dan pasir bisa terbentuk menjadi rumah-rumah indah bahkan bangunan-bangunan pencakar langit yang megah.

Apa jadinya jika suatu rumah tanpa adanya pintu dan jendela ?
Pintu adalah sarana utama kita bisa menikmati nyamannya fasilitas rumah, hal ini dikarenakan pintu adalah bagian rumah untuk kita bisa masuk dan keluar rumah.
Pintu mengajarkan kita akan keterbukaan , untuk senantiasa belajar banyak hal. Kita tidak harus terpatok pada satu hal, meskipun satu hal itulah yang menurut kita yang paling benar. Sebagai contoh saya adalah orang Nu asli sejak lahir, namun saya tak sungkan bahkan senang untuk mengaji bersama jama’ah LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) waktu di Bandung.
Ada beberapa orang mengatakan, orang LDII itu hanya untuk orang LDII, kalau kita sholat di Mesjid LDII bekas sholat kita pasti dipel, mungkin kita dianggap najis kali…
Anda mungkin akan marah jika hanya mendengar sepihak, saya tak menghiraukan itu, juga tak menceritakan ini keteman-teman LDII. Niat saya murni ingin belajar Agama, dan ingin belajar paham berbagai jalan pikiran organisasi atau bahkan aliran Islam yang berbeda. Karena hanya dengan pemahamanlah kita bisa saling mengerti dan menerima.
Di LDII juga sama belajarnya Qur’an, Hadits dan kitab Islam lainnya. Menanggapi tanggapan orang negative diatas kemungkinan karena di LDII menjunjung tinggi nilai kebersihan dan kesucian. Bahkan didalam masjidpun disediakan sandal khusus yang terbuat dari kayu untuk masuk toilet agar kaki tidak sampai kena najis.
Pakaian yang dipakai untuk sholat beda dengan pakaian untuk beraktivitas, terutama setelah kita tidur. Karena kita tidak tahu saat kita tidur bisa jadi ada najis yang menempel di pakaian kita, atau tangan kita menyentuh najis tanpa kita sadari saat kita tidur. Baik najis dari luar atau bahkan najis yang berasal dari tubuh kita sendiri.
Hal lain yang saya pelajari di LDII adalah tentang kedisiplinan, saat mengaji lebih dari jam 12 pasti dibangunkan untuk kemudian sholat tahajud dan setelahnya mengkaji kitab atau hadits. Sholat shubuhpun tepat waktu, dan usai sholat membahas kajian kembali.
Setiap malam minggu di LDII selalu ada pengajian muda-mudi yang dibimbing kiyai, tentu ini mencegah aktivitas lain yang bisa negative dari muda-mudi pada saat malam minggunya.
Sampai saat ini saya adalah orang Nu, namun jika saya dulu tidak terbuka dengan dunia luar, tentu saya tidak aka nada pemahaman sehingga mudah terpengaruhi orang lain.
Lihatlah dengan terbuka kedunia luar kita menjadi lebih sejuk layaknya sebuah jendela yang mampu membuat udara mengalir dari luar kedalam, sehingga suhu isi rumah tidak menjadi pengap karenanya.
Pintu dan jendela mengajarkan kita untuk belajar sebanyak-banyaknya tentang dunia luar, pelajarilah ilmu apa saja di dunia luar, setelah belajar  berbagai hal kembalilah kerumah. Kembali kerumah bisa juga diartikan kembalilah kedalam Al-Qur’an dan Sunah, serta nasihat ustadz dan ulama sebagai rujukan kita belajar. Jika yang kita pelajari sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunah peganglah, namun jika bertentangan dengan keduanya jadikanlah pegangan untuk menyelamatkan banyak orang terutama generasi Islam agar tidak terjerumus kedalamnya.

 Atap Rumah
Atap adalah bagian dari rumah yang akan menjaga kita dibagian atasnya. Keberadaannya membuat kita terhindar dari air hujan yang turun dan teriknya matahari yang panas. Ia akan selalu meneduhkan dan melindungi kita dari berbagai musim yang ada.
Atap dibuat dari bahan yang berbeda, kayu penopang takan mungkin bisa kuat dan bergeser tanpa adanya paku yang menancap. 
Biasanya bagian utama atap adalah genting. Genting yang terbuat dari tanah akan mampu menyerap panas yang tinggi sehingga suhu rumah akan lebih stabil.
Gentingpun mengajarkan hikmah kepada kita yang luar biasa. Jika genting hanya terbuat dari tanah tanpa mengalami proses pembakaran tentu air hujan takan mungkin bisa tertahan, hingga akhirnya ia takan mungkin layak dijadikan sebagai atap.
Genting adalah tanah yang telah mengalami beberapa proses, dimulai dari penggalian dan pencetakan hingga sampai pada proses pembakaran.
Dengan proses pembakaranlah ia berubah menjadi lebih kuat dan tahan lama, seperti tembok yang tersusun dari batu bata yang sama-sama mengalami prosesnya yang sama dengan genting.
Itulah proses hidup dan pembentukan karakter serta kedewasaan yang kadang sangat tidak kita sukai. Banyak takdir Tuhan yang kadang terasa sangat menyakitkan saat dijalani, namu ternyata diakhir kisahnya kita baru bisa menyadari bahwa itulah cara Tuhan mengkualitaskan diri kita.
Bukankah pedang yang tajam hanya akan berguna setelah mengalami proses penempaan? Ia dipanaskan , dipukul , di masukan kedalam air, dan ditempa lagi sampai terbentuk menjadi pedang tajam yang berkualitas tinggi.
Semoga kita selalu diberi kekuatan dan kesabaran dalam menjalani berbagai penempaan-Nya, hingga akhirnya kitapun bisa lulus untuk menjadi manusia-manusia berkualitas tinggi yang memiliki banyak guna….
Rumah Mengajarkan Kekuatan Keragaman

Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan Negara kita. Sebuah semboyan yang dibuat untuk menyatukan berbagai perbedaan menjadi satu kesatuan.
Tanpa mengurangi rasa hormat dan bangga akan semboyan Bhineka Tungga Ika, kekuatan dahsyatnya keragamanpun bisa kita buktikan dari melihat sebuah rumah.
Rumah yang bisa berdiri megah lagi kuat kokoh berdiri hanya jika tersusun dari berbagai bahan yang berbeda. Dimuali dari pasir, batu, semen, bata, bahkan sampai pada kayu dan kaca. Hanya dengan keragamanlah semua bisa menjadi lebih indah dan bermakna. Keragaman adalah salah satu bukti kebesaran Tuhan , hingga kita memiliki banyak hal untuk bahan belajar.
Bahkan keragamanpun sangat mengajarkan arti saling menghargai sesama. Paku yang begitu kuat, atau kayu yang begitu tangguh takan mungkin bisa tersusun membentuk sebuah bagian rumah bahkan rumah itu sendiri secara utuh, jika satu sama lain tidak saling melengkapi.
Ada makna besar Tuhan menjadikan semua berbeda. Seorang dokter bedah tidak patut merendahkan seorang perawat, atau seorang ahli otomotiv tidak boleh merendahkan coustomernya karena tidak memiliki kemampuan untuk membetulkan kerusakan kendaraannya sendiri. Karena setiap manusia Allah ciptakan berbeda, dengan keistimewaan yang berbeda pula. Tujuannya tidak lain untuk kita bisa saling melengkapi. Rendah hati dan saling membangun sesama adalah pilihan pasti, untuk kita semakin menanta diri dan mengkualitaskan kehidupan beragama, bangsa dan Negara.

Semoga bisa sedikit menginspirasi…
Salam Kepedulian
DETATANG - KAMAL

Post a Comment for "Belajar dari Bagian-Bagian Rumah"